Minggu, 15 Maret 2009

Pohon Yang Menyadarkan

POHON YANG MENYADARKAN

Pohon besar itu tetap saja tampak kokoh di setiap aku datang berteduh di bawahnya. Akar-akarnya besar menghujam tanah dengan sempurna dan ada beberapa yang menyembul kemudiah tenggelam kembali ujungya. Batangnya besar sekali mungkin butuh tiga orang untuk merangkulnya, galur-galurnya meliuk-liuk dari bawah ke atas seakan dibuat alur air. Di beberapa bagiannya kulihat rongga yang tidak begitu besar, mungkin tempat hewan-hewan kecil bersembunyi. Lebih ke atas lebih spektakuler lagi dahan dan rantingnya besar dan menyebar ke segala arah dari yang besar kemudian mencabang menjadi lebih kecil semakin keujung, membentuk jaring-jaring yang indah. Daunnya yang kecil dan tersebar merata memberikan keteduhan bagi setiap yang berada di dekatnya, termasukk aku yang tidak pernah lupa datang ke sini walaupun untuk sekedar melihat dan mengenang memori-memori indah semasa kecil. Ya waktu kecil aku sangat senang bermain di bawah pohon asam ini. Memanjat mencari burung dan tentu saja mencari buahnya. Meskipun hanya sekedar buah asam tapi tetap saja menjadi magnet penarik yang besar. Kalau buah yang matang akan memberikan cita rasa sedikit manis dan yang setengah matang atau biasa kami sebut”Kemampuh” terasa segar jika dimakan. Aku heran Pohon ini tidak mengenal musim pokoknya selalu berbuah sepanjang tahun.
Sekarang sudah sangat jarang kutemui pohon seperti ini lagi, pohon yang ada sekarang cenderung kecil dan lambat tumbuh. Kalaulah ada yang sedikit besar biasanya berongga besar, dan tampak sakit-sakitan. Jarang sekali pohon yang tampak besar dengan daun-daun yang segar. Akau tak tahu apakah ini karena polusi yang terus menerus menggerogoti pepohonan itu ataukah tanah tempatnya tumbuh tidak subur lagi aku sungguh tak tahu. Setahuku andai saja kondisi sekitar pohon-pohon itu sama dengan pohon asam di desa ibuku ini pasti mereka akan bisa tumbuh sebesar pohon asam ini.
Aku mengambil langkah semakin mendekat ke pohon itu dan menyandarkan tubuhku. Subhanallah, nyaman sekali dihari yang indah seperti ini daun dan rantingnya tertiup angin berberak bergoyang dengan anggun mengerak-gerakkan sorotan-sorotan cahaya matahari yang menembus di antara lebatnya daun. Aku memang tahu sejak awal pohon ini istimewa, memberikan manfaat yang begitu besar bagi siapa saja di sekitarnya dari semenjak aku kecil hingga sekarang. Umur panjangnya tak diragukan lagi merupakan kontribusi dari akar–akar besar yang sedang kududuki saat ini. Aku tak tahu berapa gallon air dipompa dari akar ke daun pohon ini setiap hari, Pastinya banyak. Lalu akar ini juga penjaga dari tiupan angin kencang hingga tidak roboh. Saat aku SMP aku ingat terjadi hujan deras dan angin ribut di desa ini beberapa pohon tumbang bahkan rumah tetanggaku pak Sanadi yang masih terbuat dari bambu atapnya tertiup angin dan jebol. Namun pohon asam ini secara ajaib bertahan. Benar-benar akar yang kuat.
Batang, dahan, ranting dan daunnya merupakan bagian yang paling representative untuk menggambarkannya, besar, menyebar, dan teduh. Paling terlihat dari bagian lainnya. Memberikan manfaat yang besar. Karena pohon tak bergerak secara langsung, batang dan dan dahan inilah yang merupakan aksi dari pohon ini. Makhluk yang mulia.
Buahnya meskipun asam tapi tetap saja menjanjikan untuk selalu ditunggu dan menyenangkan untuk dinikmati digunakan sebagai sayur, sambal atau dimakan langsung semuanya memberikan sugesti bagi orang-orang untuk tak melewatkannya sepanjang masa.
Kulihat HPku sudah pukul 11.30 tidak terasa sudah dua jam aku duduk di bawah pohon ini tubuh terasa segar sehingga tak terasa bosan. Mungkin karena oksigen yang banyak di bawah sini. Aku harus segera kembali ke rumah. Istriku dan si kecil pasti sudah menanti. Habis dhuhur aku harus kembali ke Surabaya untuk bekerja esok hari.
Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan tentang pohon asam di desaku. Andaikata aku dan orang-orang di negeri ini memiliki sifat-sifat seperti pohon itu pasti keadaannya sedikit lebih baik. Memiliki akar keyakinan yang kuat dan benar sebagai dasar menjustifikasi sesuatu dan landasan perbuatannya, batang dan dahan yang besar menyebar dan memberikan manfaat berlimpah merupakan gambaran aksi konkrit untuk terus meningkatkan kemampuan diri untuk berbuat lebih baik dan menyebar kebaikan setiap saat. Buah yang selalu dinanti ibarat budi pekerti dan akhlak yang mulia gambaran seorang manusia sejati. Ya andaikata saja semua orang demikian.
Tapi aku sadar semua ini bukan semata-mata salah orang di negeri ini. Aku sudah melihat banyak pohon. Pengaruh lingkungan dan kondisi bisa membentuk suatu pohon. Aku yakin ini tidak beda dengan manusia. Apabila lingkungan, kondisi, peraturan budi pekerti, nilai-nilai dan sistem yang melingkupi seorang manusia dalam kodisi yang buruk, manusia yang dihasilkan pasti juga sulit menjadi menjadi besar, tak peduli dari kalangan mana dia berasal dan apa warna kulitnya. Aku sekarang juga mulai ingat pohon asam di desaku itu hidup di tanah subuh dan daerah yang cukup matahari dan air sehingga bisa tumbuh besar dan gagah. Kata ibu semua itu adalah Rahmat Allah SWT yang mengkaruniakan tempat yang indah. Dan penduduk desaku juga tidak pernah mencoba merusak keadaan itu mereka lebih suka bekerja secara tradisional sehingga keasrian di sana terjaga. Allah pasti memberikan yang terbaik.
Sekarang manusia diberikan fisik yang sempurna, dan juga dibekali petunjuk hidup yang jelas. Tapi saat ini semua ditinggalkan. Tak heran sekarang manusia jadi kecil kerdil dan picik cara berpikirnya. Semuanya serba boleh, serba bebas, serba hedonis. Peraturan Allah dianggap ancaman dan gangguan dan sebisa mungkin ditiadakan. Jika semua terus berlangsung seperti ini tak akan ada kemuliaan dalam sejarah manusia untuk selanjutnya. Semua sejarah kemuliaan adalah sejarah ketaatan manusia pada peraturan Allah. Aku sebagai salah satu makhluk Allah juga memikul tanggung jawab untuk menjaga dan membangun kembali peradaban dan peraturan Allah yang sudah banyak dilanggar dan ditinggalkan, sebagaimana orang-orang di desaku yang selalu menjaga lingkungan mereka senantiasa asri dan alami.
Laju mobilku kupercepat aku ingin segera kembali ke rumah dan menceritakannya pada anak istriku tentang pohon asam ini. Dan mungkin lain kali aku harus mengajak mereka menyaksikan sendiri pohon itu. Kebesaran Allah dan Pelajaran hidup bisa kita temukan dimana saja dan kapan saja asalkan kita bersedia membuka pikiran dan hati, pohon asam pun bisa memberikan pelajaran yang berharga.
Ya Allah Jadikanlah aku manusia yang bisa menjaga agamamu. Angin kembali bertiup berhembus menerpa pohon asam itu rantingnya kembali menari,

TULISAN PERTAMA – KUPERSEMBAHKAN UNTUK PARA PEMBIMBING DAN MUSRIFKU. MAS DADIK – PAK AGUNG – MAS FATKUR – MAS ROZIKIN – MAS BAYU – MAS SAIDI.

15 Maret 2009

Akhmad Yusuf

0 komentar:

Posting Komentar