Sabtu, 27 Juni 2009

Kegagalan Komunikasi

Kegagalan Komunikasi

Kegagalan komunikasi merupakan suatu aspek yang menggambarkan bahwa suatu tindakan dan bentuk komunikasi baik verbal, non verbal maupun simbolik tidak berjalan maksimal. Problem yang terjadi pada tingkat komunikator, pesan, saluran dan komunikan juga mengandung potensi terjadinya kegagalan maupun hambatan dalam melakukan tindakan komunikasi. Reed H Blake dan Edwin Haroldsen menekankan bahwa dalam suatu komunikasi, hambatan yang kerapkali muncul terletak pada saluran saluran baik formal maupun informal. Sebab dua saluran tersebut kerapkali memunculkan gangguan gangguan. Kedua bentuk gangguan tersebut adalah saluran dan semantik. Gangguan saluran meliputi setiap gangguan yang mempengaruhi kehandalan fisik penyampaian pesan. Dalam komunikasi massa, gangguan ini terjadi pada sarana maupun fasilitas yang difungsikan sebagai komunikasi, mulai dari saluran listrik pada radio, TV, percikan tinta di surat kabar, atau terlalu kecilnya huruf disurat kabar. Disamping itu, terdapat pula suatu gangguan yang terjadi pada sumber komunikasi dan audiens. Dalam komunikasi antar pribadi, seseorang berbicara didalam ruangan ditengah pembicaraan yang lainnya, suara pintu tertutup dinilai sebagai gangguan saluran yang kemudian mempengaruhi penyampaian pesan atau informasi. Saling bicara dalam suatu forum juga mengandung potensi yang sama untuk mengganggu fihak lain yang sedang melakukan komunikasi. Sementara gangguan semantik lebih menekankan pada kesalahan penafsiran pesan. Dalam setiap kali tindakan komunikasi, kesalahan penafsiran pesan maupun materi yang dikomunikasikan kerapkali terjadi. Beberapa hal yang mempengaruhi gangguan semantik ini antara lain, yakni :

1. kata kata terlalu sukar dimengerti khususnya oleh komunikan.
2. perbedaan dalam memberikan arti denotatif pada kata kata yang digunakan antara pengirim dan penerima pesan, yakni penerima pesan berfikir bahwa kata dimaksud menunjuk pada sesuatu yang berbeda dengan yang dimaksudkan oleh pengirimnya.
3. pola kalimat yang membingungkan penerima pesan
4. pola rangkaian pesan yang juga membingungkan penerima
5. perbedaan budaya antara pengirim dan penerima pesan menyangkut intonasi, gerak tangan, mata, dan atau bagian badan lainnya .

Dalam tinjauan luas, suatu hambatan yang mengakibatkan kegagalan komunikasi disamping terjadi pada tingkat saluran juga pada tingkat komunikator, komunikan dan semua aspek lain yang mempengaruhi. Beberapa aspek tersebut antara lain meliputi :

1. perbedaan persepsi
2. permasalahan bahasa
3. kurang mendengarkan
4. perbedaan emosional
5. perbedaan latarbelakang baik budaya, agama, politik dan sebagainya.

Kegagalan Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi lisan atau tulisan dengan menggunakan kata kata. Menurut Deddy Mulyana, bahasa verbal merupakan sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata kata yang merepresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Konsekwensinya, kata kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas obyek atau konsep yang diwakili kata kata itu. Kegagalan verbal merupakan suatu bentuk hambatan atau kegagalan komunikasi yang tentu secara dominan dilatarbelakangi oleh ketidakfahaman menyangkut bahasa, persepsi, pikiran, perasaan dan maksud maksud yang dikehendaki. Karena dalam bahasa salah satunya terdapat apa yang disebut sebagai makna konotatif dan makna denotatif sehingga menimbulkan potensi bagi keberhasilan maupun kegagalan komunikasi. Makna denotasi merujuk pada asosiasi primer yang dimiliki sebuah kata bagi kebanyakan anggota suatu masyarakat linguistik tertentu. Sedangkan konotasi merujuk pada asosiasi sekunder yang dimiliki sebuah kata bagi seorang atau lebih anggota masyarakat . Baik kata bermakna konotatif maupun denotatif masing masing juga menjadi sumber potensi bagi kegagalan dan hambatan verbal. Sebab setiap individu dalam menyampaikan pesan verbal melalui kata atau istilah selalu mengandung dua makna tersebut. perdebatan mengenai istilah “ manipulasi simbol “ yang seringkali disuarakan oleh tim kampanye partai pemilu untuk mengumpulkan dukungan serta menarik simpati massa menjadi persoalan bagi kalangan idealis politik, khususnya fihak yang selama ini menekankan bahwa politik harus jauh dari istilah maupun makna manipulasi. Sungguhpun manipulasi simbolik merupakan rangkaian kegiatan yang terfokus pada penyebaran poster, pamflet dan berbagai atribut maupun media politik untuk sosialisasi, namun penempatan istilah tersebut kemudian dikonotasikan bahwa setiap kegiatan politik tak terkecuali pemasangan atribut parpol juga difahami sebagai manipulasi sesungguhnya. Manipulasi simbol kata mereka merupakan istilah yang lazim dalam marketing politik, sementara sudut pandang kaum idealis tersebut menggambarkan bahwa istilah manipulasi berarti penyelewengan dalam bidang politik yang mengakibatkan kesengsaraan rakyat.

Persoalan aspek konotatif dan denotatif tersebut dalam banyak hal sebenarnya banyak terjadi disekeliling kita khususnya menyangkut tindakan komunikasi. Namun secara makro, upaya untuk memahami berbagai bahasa verbal seringkali terabaikan karena menyangkut faktor faktor psikologis diantara semua peserta komunikasi.

KISAH – 1 .

Sebuah organisasi kepemudaan dalam wadah ormas islam di Jawa Timur, suatu ketika menyelenggarakan acara PI ( Pelatihan Instruktur ) yang harus diikuti oleh peserta dari Kabupaten dan Kota di Propinsi tersebut. Yusuf, salah saorang calon peserta dari salah satu Kabupaten menemui OC ( Organizing Commitee ) di Suarabaya untuk menanyakan persyaratan yang harus dipenuhi calon peserta sebelum acara tersebut digelar. Berikut perbincangan yang pernah penulis rekam.

Yusuf : Assalamu`alaikum
OC : Waalaikum Salam
Yusuf : Mbak ( kebetulan Cewek ), seminggu lagi katanya mau ada PI ya, kira kira apa persyaratan yang harus kami penuhi ?
OC : Benar pak, syaratnya antara lain CV ( Curriculum Vitae ), Rekomendasi Ketua tingkat Kabupaten ( Daerah ) dan Foto.
Yusuf : Terimakasih mbak atas infonya, kalau begitu saya mohon pamit. Assalamualaikum
OC : Oh ya pak sama sama, Waalaikum Salam.

Seminggu kemudian acara digelar, dan sebelum dimulai para peserta PI harus melakukan check in dengan menyerahkan semua persyaratan yang ditentukan oleh OC, tak terkecuali Yusuf yang datang paling belakang dengan rombongan peserta lain yang kebetulan satu daerah karena ada hambatan transportasi. Setelah sampai, Yusuf kemudian menemui OC yang kebetulan seorang Cewek yang pernah ia temui seminggu sebelumnya.

Yusuf : Assalamualaikum, mbak
OC : Waalaikum salam
Yusuf : Mbak, nama saya Yusuf yang seminggu lalu datang ke Kantor OC di Surabaya, masih ingat kan ?
OC : Oh iya, silahkan Pak, ada yang bisa saya bantu ?
Yusuf : Saya mau menyetorkan beberapa persyaratan mengikuti PI mbak (Yusuf kemudian menyerahkan CV dan Surat rekomendasi yang ditandatangani oleh Ketuanya )
OC : Ok, pak, persyaratan sudah kami terima, tapi mana fotonya pak?
Yusuf : Oh iya, ini mbak ( Yusuf kemudian menyerahkan suatu benda terbungkus kulit ), kontan saja cewek yang kebetulan OC tadi kaget.
OC : Lho, ini apa pak ( setelah memandang Yusuf, OC kemudian membuka bungkusan tersebut, setelah terbuka ternyata isinya bukan Foto tapi Kodak,sejenis kamera alat untuk memfoto atau memotret ). Wah bukan ini pak, tapi foto 3x4 sebanyak 4 Lembar, kalau ini sih Kodak bukan Foto.
( Kontan saja semua peserta yang kebetulan check in tertawa lepas, tak terkecuali rekan rekan Yusuf sendiri. Sejak itu Yusuf mendapat julukan YUSUF KODAK ).

KISAH – 2..

Tuntutan hearing ( dengar pendapat ) yang dilakukan kalangan aktifis LSM kepada anggota DPRD tahun 2002 karena kunjungan kerja ( kunker ) ke Kalimantan tidak mendapatkan respon dari lembaga legislatif tersebut. karena terlalu kuat desakan itu, akhirnya fihak Eksekutif yang dikebetulan diwakili Sekda menerima rombongan aktifis tersebut. Berbagai tuntutan LSM tersebut kemudian di akomodasi dan yang paling penting adalah bahwa Legislatif harus mempertanggungjawabkan kunjungan kerja mereka dihadapan kami, khususnya menyangkut anggaran yang digunakan, karena kami juga wakil rakyat ,” tandas Nurhakim, salah satu aktifis tersebut . Eksekutif, lanjut Nurhakim, diminta untuk memfasilitasi pertemuan dengan anggota DPRD. Beberapa hari kemudian, fihak eksekutif menemui Panitia Khusus ( Pansus ) Kunker yang juga berasal dari legislatif dan kebetulan diwakili oleh Didik S dan Mujianto, unsur Pimpinan Dewan dan tentu diliput oleh pers. Berikut dialog mereka :

Eksekutif : Bapak bapak yang terhormat, beberapa hari lalu sejumlah aktifis LSM melakukan demonstrasi dan menuntut hearing terkait dengan Kunker ke Kalimantan, karena tak seorang pun dari DPRD menemui mereka, kemudian kami dari eksekutif memberanikan diri untuk berdialog dengan mereka. Dan diantara sekian tuntutan yang mereka sampaikan, kami diminta memfasilitasi pertemuan antara Pansus dan Pimpinan Dewan dengan fihak LSM. Untuk itu kami mengadakan konsultasi dengan bapak bapak disini guna membahas tindak lanjut aspirasi mereka.
Didik : ( dengan muka merah padam karena anggota DPRD ini memang terkenal temperamental langsung angkat bicara ). Tindakan bapak bapak dari Eksekutif yang berdialog dengan LSM merupakan presiden buruk bagi pemerintah daerah secara umum, mestinya kita harus rolling door biar suasana tetap kondusif.
Eksekutif : (mendengar komentar Didik mereka justru kaget dan bertanya tanya, sebab sosok anggota DPRD ini memang sangat gemar menggunakan istilah istilah populer sungguhpun jarang tepat dalam menggunakannya ), Pak didik, mohon maaf, memang ada apa dengan presiden Megawati, terus apa hubungannya dengan pintu toko kok menyebut rolling door ?
Mujianto : ( sambil menyela pembicaraan ), maaf bapak bapak dari seksekutif, mungkin maksud Pak Didik adalah preseden buruk dan yang disebut rolling door maksudnya adalah cooling down. ( setelah mendapat penjelasan dari Mujianto, kontan saja mereka semua tertawa lepas. Tidak heran pada waktu waktu berikutnya Didik sering mendapat guyonan terkait dengan penggunaan istilah namun salah dalam pengucapan yang berakibat pada perbedaan makna dan arti ).

KISAH – 3.

Pada suatu ketika saya sedang berada di Kantor Organisasi massa islam di Lamongan, tidak lama kemudian datang Kyai Kasuwi, salah seorang ulama dari kawasan Pantura Lamongan. Sambil berbincang bincang dengan menanyakan maksud kedatangannya, Aba Wi ( begitu panggilan akrabnya ) ternyata mencari tiga orang teman saya yang kebetulan sedang keluar untuk membeli kopi. Tidak lama berselang, datanglah tiga orang teman saya itu ( namanya Naim, Zainal dan Nuraji ) sambil membawakan bungkusan kopi untuk saya. Karena Aba juga melihat mereka, kontan saja terjadi dialog :

Aba Wi : Yaa antum, min aina ji`tum, maa nadhartu syai`an wa rajulan hadzal makaan illa huwa ? ( karena Aba Wi memang terbiasa menggunakan bahasa Arab untuk berbincang bincang sungguhpun kadang masih disisipi dengan bahasa indonesia dan jawa ).
Naim : ( mendengar Aba bicara dengan bahasa yang tidak dia fahami, Naim kemudian menjawab ) wah, saya Kratingdaeng Ba.
Zainal : wah, kalau saya Hemaviton Ba.
Nuraji : wah, saya juga Ba, Kuku Bima. ( mendengar jawaban mereka kontan Aba Wi tertawa lepas karena yang disampaikannya tidak mendapat jawaban yang tepat, karena memang mereka bertiga tidak bisa bahasa arab ).

KISAH – 4.

Pengalaman beberapa tahun silam ketika pada hari jumat menyempatkan diri megikuti sholat Jumat di Kampung ( hal itu jarang saya lakukan karena ibadah Jumatan lebih banyak saya lakukan di luar Kampung karena menyangkut urusan kerja ). Menjelang jam 12 ;00, seorang Khatib yang tidak saya kenal karena dari luar daerah naik ke mimbar. Khotbah dimulai, sang khatib berapi api menyampaikan materi khotbah dengan menggunakan bahasa indonesia dan sangat sering menggunakan istilah istilah populer. Kata khatib dalam khutbahnya ,” dewasa ini masyarakat muslim dan dunia islam mengalami degradasi dan kelemahan administrasi perjuangan serta tidak mempunyai konsepsi dan strategi perjuangan yang benar benar taktis, elaboratif, komplit dan empirik ,”. Ketika khotbah dan sholat jumat usai, Saib (37 th) seorang jamaah yang sangat saya kenal mendekati saya. Berikut dialog kami :

Saib : Tik, itu khatib dari mana ya, kelihatannya kok bukan orang kampung kita ya ?
Saya : wah, aku sendiri juga nggak tahu, padahal aku banyak kenal Ustadz, Kyai dan Ulama ulama lokal. Tapi dia memang asing sih.
Saib : Tik, dalam khotbahnya kok banyak menyebut kata kata sisi, plit dan trasi, maksudnya apa sih ? apa hubungannya dengan trasi yang digunakan istri saya untuk bikin sambal dan sisi, maaf, sejenis ingus. Aku kok gak faham blas ( sambil gunakan dialek Jawa ).
Saya : ( kontan saya dengan beberapa orang yang sedang ngobrol itu tertawa lepas ), wah, itu kan istilah istilah dalam bahasa indonesia. Dan memang kebanyakan jamaah yang hadir disini, rata rata tua dan banyak yang tidak mengenyam sekolah ( mungkin dulunya SR/ Sekolah Rakyat ) jelas tidak memahami.
(www.mentorplus.multiply.com atau www.fikrulmustanir.blogspot.com, Spiritual Motivator - N.Faqih Syarif H)

2 Dorongan Bertindak

Sobat, paling tidak ada dua cara untuk mendorong orang untuk mengambil tindakan :

  1. Rasa Sakit : Setiap orang pasti tidak ingin mengalami rasa sakit atau dengan kata lain hal ini bisa memicu kekuatan manusia yang kita sebut The Power of "kepepet". Pernakah sobat dihadapkan oleh situasi dimana kita tidak diberi pilihan untuk berkata tidak bisa? dalam kondisi terdesak atau kepepet yang menuntut anda harus bisa, anehnya keajaiban-keajaiban itu terjadi. Seorang Bapak yang bisa memanjat pohon setinggi 15 Meter lebih ketika beliau menyelamatkan diri dari derasnya banjir bandang. Seorang nenek bisa melompat dari gedung setinggi 5 meter saat menyelamatkan diri dari kebakaran. Sekarang bagaimana kita menciptakan the power of kepepet dalam alam bawah sadar kita tanpa harus menunggu benar-benar terdesak.
  2. Rasa Senang : Setiap orang pasti juga menginginkan rasa senang karena ini juga bisa memicu kekuatan manusia yang kita sebut The Power of Dream. Bukankah tidak ada sesuatu karya besar di dunia semuanya juga berangkat dari sebuah impian manusia. Mengapa mesti kita takut berimpian. Bukankah berimpian itu juga gratiss tanpa dipungut bayaran? Seorang bocah belasan tahun ketika dia diminta membacakan karangannya di depan kelas dia ditertawakan oleh guru dan teman-temannya bahkan tulisan karyanya yang berisi impian dia mendapatkan nilai F dengan tinta merah. Sesampainya di rumah ditunjukkan ke Bapaknya yang buruh Tani. Dipeganglah pundak anaknya sambil mengatakan" Kalau memang benar apa yang kamu tulis itu impian bagi kamu, Pegang erat-erat jangan biarkan orang lain mencuri impianmu." 40 tahun kemudian seorang pengusaha Baja Internasional Andrew Carnegie mengadakan perjamuan makan untuk pembukaan pabrik di kota kelahirannya. Diundanglah seluruh penduduk kota itu. Pada saat perjamuan makan di ruang tamu yang amat besar ada seorang wanita tua menangis ketika melihat sebuah pigora besar yang di dalamnya ada karangan/tulisan yang ada nilai F nya berwarna merah. "hampir-hampir berapa puluh tahun yang lalu saya telah mencuri impian si kecil Andrew Carnegie." kata wanita tua itu. Ternyata dia adalah guru si bocah yang karangannya diberi nilai F dengan warna merah. Inilah the power of dream.

Semoga tulisan singkat ini menjadi inspirasi bagi kita terus bergerak dan berjuang melakukan perbaikkan diri teru-menerus ke arah kebaikkan tanpa pernah putus asa. Never Give Up. Salam dahsyat dan Luar biasa!

( www.mentorplus.multiply.com atau www.fikrulmustanir.blogspot.com , Spiritual Motivator - N. Faqih Syarif H )

New Update or Late Update ?

Maaf untuk seluruh pembaca akhmad arena karena beberapa minggu ini tulisannya tidak keluar. Problem ini bukan disengaja karena sudah malas "nge-blog" tapi karena saya sedang banyak tugas kuliah dan disibukkan dengan persiapan PPL, maklum calon Guru. berikut ini beberapa tulisan yang bisa saya muat semoga bisa mengobati rasa kecewa. untuk berikutnya saya usahakan updatenya rutin