Selasa, 24 Agustus 2010

Kiat Sukses Ramadhan

Kiat Sukses Ramadhan

Keutamaan Ramadhan

Keutamaan bulan Ramadhan ini telah dideskripsikan sendiri oleh Nabi saw dalam khutbah baginda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Huzaimah dalam kitabShahih-nya. Dalam khutbahnya, baginda menegaskan, bahwa Ramadhan adalahbulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (amal shalih) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan satu kebaikan,
maka nilainya sama dengan mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan lain. Siapasaja yang mengerjakan satu perbuatan wajib, maka nilainya sama denganmengerjakan tujupuluh kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan juga bulan kesabaran, dan kesabaran itu balasannya surga. Ramadhan juga bulan tolong-menolong(ta’awun), di mana di dalamnya rezki seorang Mukmin akan bertambah. Siapa sajayang memberikan buka kepada orang yang berpuasa, maka itu akan menjadimaghfirah bagi dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka dan ia memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu.
Karena itu, meski bulan Ramadhan ini tidak termasuk asyhurul hurum (bulan haram), tetapi bulan ini memiliki keutamaan yang tiada duanya. Di bulan ini, Allah SWT telah menurunkan al-Qur’an, sebagaimana dituturkan Allah dalam surat al-Baqarah: 185. Ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. di Gua Hira’ adalahIqra’, diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH (sebelum Hijrah) atau bulan Juli 610 M. Karena itu, bulan ini juga disebut syahr al-Qur’an (bulan al-Qur’an).

Bulan ini juga dijadikan oleh Allah SWT sebagai bulan puasa, dimana ummat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh di bulan tersebut. Karena itu, bulan ini juga disebut syahru as-shiyam. Allah pun menetapkan puasa dan al-Qur’an sebagai pemberi syafaat pada Hari Kiamat (HR Ahmad, at-Thabrani dan al-Hakim). Tidak hanya itu, malaikat pun akan memintakan ampunan untuk orang yang berpuasa selama berpuasa hingga berbuka. Dan, Allah pun memberikan ampunan untuk mereka di akhir malam bulan Ramadhan.

Di bulan ini, Allah telah menjadikan salah satu malamnya, sebagai Lailatu al-Qadar, yaitu satu malam yang nilainya lebih baik dibanding seribu bulan (Q.s. al-Qadar [97]: 1-5), tentu jika digunakan untuk melakukan amal shalih, seperti shalat, membaca al-Qur’an, dzikir dan sebagainya. Maka, satu perbuatan baik yang dilakukan di malam itu nilainya masih lebih baik ketimbang perbuatan yang sama dilakukan selama seribu bulan. Itulah malam Lailatu al-Qadar, yang hanya ada di bulan Ramadhan.
Nabi menuturkan, “Jika memasuki bulan Ramadhan, maka semua pintu langit dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahannam ditutup, sementara syaitan dibelenggu.”(HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ibn Hibban). Tidak hanya itu, pahala perbuatan baik di bulan Ramadhan juga dilipatgandakan oleh Allah. Melakukan satu amalan sunnah, pahalanya sama dengan amalan fardhu di bulan lain. Melakukan satu amalan fardhu, nilainya dilipatgandakan menjadi 70 kali di bulan lain. Karena itu, Nabi menggunakan bulan ini untuk melipatgandakan amal shalih. Dalam riwayat Ibn ‘Abbas, dituturkan, bahwa Nabi adalah orang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadhan, saat Jibril menemui baginda saw. untuk mengecek hapalan al-Qur’an baginda saw.
Wajar jika Nabi pun memerintahkan wanita kaum Anshar untuk pergi berumrah di bulan Ramadhan. Dituturkan dari Ibn ‘Abbas, Nabi pernah bersabda, “Jika tiba bulan Ramadhan, maka berumrahlan kamu, karena umrah di bulan itu sama pahalanya dengan haji.” Karena itu pula, para sahabat dan generasi kaum Muslim setelahnya menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan jihad, selain karena perintah berjihad fi sabilillah itu diturunkan pada bulan Ramadhan, juga banyak sekali kemenangan yang ingin mereka raih di bulan suci ini, karena taqarrub mereka kepada Allah SWT.
Tercatatlah sejumlah peristiwa penting pada bulan Ramadhan. Tujuh belas bulan setelah Hijrah, Nabi mengirim detasemen Hamzah yang membawa bendera pertama yang diserahkan oleh baginda saw. Detasemen ini dikirim untuk menghadang rombongan kaum Quraisy yang datang dari Syam menuju ke Makkah. Perang Badar Kubra yang disebut dalam al-Qur’an sebagai Yaum al-Furqan (Hari Pembeda) meletus pada Hari Jum’at, 17 Ramadhan 2 H. Jumlah pasukan kaum Muslim saat itu hanya 313, terdiri dari 1 menunggang kuda, sisanya jalan kaki. Tercatat 14 di antara mereka sebagai syuhada’ Badr. Sementara pasukan kaum Kafir Quraisy berjumlah 1000 orang; 80 orang pasukan berkuda, sisanya jalan kaki; 70 orang gugur, 70 lainnya menjadi tawanan perang. Dalam peristiwa ini, pasukan kaum Muslim dibantu oleh 5000 malaikat (Q.s. Ali ‘Imran [03]: 125).

Di bulan suci ini pula, Rasulullah dan para sahabat berhasil menaklukkan kota Makkah, tepatnya pada bulan Ramadhan 8 H. Penaklukan kota Makkah ini juga disebut penaklukan agung (al-fath al-a’dham). Kaum Kafir Quraisy pun berbondong-bondong masuk Islam, termasuk Abu Sufyan dan para pemuka Kafir Quraisy. Pada saat itulah, turun perintah untuk menghancurkan berhala dari sekitar Ka’bah. Karena itu, bulan Ramadhan juga dikenal sebagai syahru al-jihad wa al-intishar (bulan Jihad dan Kemenangan).

Kiat-kiat Sukses Ramadhan

Inilah keutamaan bulan Ramadhan. Dengan mengetahui nilai dan keutamaan bulan Ramadhan ini, maka seorang Muslim yang sadar, tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan di bulan suci ini. Inilah kunci sukses meraih kemuliaan di bulan Ramadhan, yaitu mengerti nilai dan keutamaan bulan ini. Dengan begitu, dia tahu apa yang harus diraih. Sekedar contoh, jika 1 perbuatan wajib nilainya 70 kali perbuatan wajib di luar bulan Ramadhan, maka jika dikalkulasi dalam 1 hari ada 5 kali shalat dan 1 puasa, berarti 6 perbuatan wajib dikalikan 70, sama dengan 420. Dalam sehari saja, minimal seorang Muslim akan mendapatkan pahala setara dengan 420 perbuatan wajib di luar bulan Ramadhan. Jika nilai ini dikalikan 30 hari, maka dia akan mendapatkan 12,600 kali perbuatan wajib. Itu baru 6 kali perbuatan wajib, lalu bagaimana kalau dia berdakwah, yang nota bene hukumnya wajib? Pasti pahalanya lebih banyak lagi. Belum lagi kalau ditambah dengan perbuatan sunah.
Nah, kesadaran inilah yang harus dimiliki tiap Muslim, sehingga dia tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan emas di bulan suci ini. Lalu bagaimana kiat-kiat kita agar sukses meraih seluruh kemulian di bulan ini?
Pertama, selain menyadari kemuliaan bulan ini, dia harus menyadari bahwa sebagai manusia yang tidak bebas dari dosa (ma’shum), Ramadhan adalah kesempatan emas untuk meraih ampunan dan melipatgandakan amal shalih. Karena inilah bekal untuk menghadap Allah pada Hari Kiamat. Kesadaran ini harus tumbuh kokoh dalam diri kita, sebagai satu-satunya motivasi amal kita.
Kedua, untuk meraih semuanya tadi, setiap Muslim harus mempunyai program pribadi selama Ramadhan, antara lain:

1- Taubatan nashuha: Taubatan nashuha adalah taubat dengan melepaskan diri dari dosa, menyesalinya dan tidak mengulanginya kembali, diikuti dengan kesungguhan melakukan amal shalih yang dilandasi keimanan. Jika ada hak orang lain yang terkait dengan materi atau non-materi, maka harus segera dikembalikan, atau minta dihalalkan. Karena itu, taubat ini menjadi poin pertama, dan pondasi program-program berikutnya.
2- Menjaga pendengaran, lisan dan mata dari perkara yang diharamkan, baik di siang hari maupun di malam hari bulan Ramadhan.
3- Menjaga amalan-amalan sunah dan nafilah.
4- Menjaga shalat rawatib (5 waktu) berjamaah di masjid.
5- Berkeingan kuat untuk menjadi saksi adzan, iqamat, takbiratul ihram bersama imam, dan berdiri di baris terdepan.
6- Menjaga shalat Tarawih, shalat syaf’ (shalat 2-10 rakaat) sebelum witir, dan witir. Biasanya shalat Tarawih dilakukan 20 rakaat, atau 10 rakaat, kemudian dilanjutkan malam harinya dengan 2-10 rakaat, kemudian ditutup dengan witir 1 rakaat, atau 2-8 rakaat, kemudian witir 3 rakaat.
7- Menjaga qiyamullail.
8- Membaca minimal 1 juz tiap hari.
9- Menghapal sebagian ayat al-Qur’an tiap hari.
10- Menghapal satu hadits atau lebih tiap hari.
11- Silaturrahmi kepada kerabat.
12- Bergaul dengan kaum Muslim dan mengetahui keadaan mereka.
13- Dzikir dan mengingat Allah serta mensucikannya setiap waktu, disertai menjaga dzikir waktu Subuh dan petang.
14- Berinfaq suka rela dengan memberi makan satu atau lebih orang yang berpuasa tiap hari, meski hanya dengan satu buah kurma.
15- Mengutamakan bersedekah kepada fakir miskin atau orang yang membutuhkan setiap hari, meski dengan kadar yang paling minim sekalipun.
16- Menjaga shalat Dhuha setiap hari.
17- Melakukan shalat dua rakaat setelah berwudhu’.
18- Menghadiri majlis ilmu.
19- Mempelajari minimal satu bab fiqih setiap hari.
20- Membaca ringkasan Sirah Nabi dan Akidah.
21- Berusaha mendamaikan atau menyelesaikan urusan orang yang bermasalah.
22- Berdoa saat berbuka sebagaimana doa yang diajarkan Nabi.
23- Dermawan dan membantu orang lain..
24- Berdakwah kepada Allah, amar makruf dan nahi munkar..
25- Menolong kaum Muslim yang berjihad di manapun.
26- Menyegerakan buka, dan mengakhirkan sahur.
27- Berbakti kepada kedua orang tua, baik yang masih ada, maupun telah tiada.
28- Melakukan i’tikaf pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan.
29- Melaksanakan umrah, karena umrah di bulan Ramadhan sama sekali haji bersama Rasulullah saw.
30- Menjaga pelaksanaan shalat Idul Fitri bersama kaum Muslim.
31- Berpuasa 6 hari bulan Syawal, atau Ayyam al-Bidh.
Ketiga, meski telah dibuat program, namun dalam praktiknya, kadang-kadang program tersebut, karena satu dan lain hal, tidak berjalan sesuai dengan rencana. Untuk itu diperlukan langkah berikutnya, yaitu kesungguhan dalam menjalankan program-program yang telah dibuat. Jika sudah ada kesungguhan, tetapi masih tidak bisa berjalan karena ada prioritas pekerjaan lain, maka bisa dibuat substitusi, yaitu program pengganti, agar nilai yang ingin diraih melalui amal yang tidak bisa dijalankan tersebut bisa digantikan dengan yang lain.
Keempat, menjadikan malam hari, sebagai malam muhasabah (evaluasi) dantakhthith (perencanaan). Yang dievaluasi adalah apa yang telah dikerjakan dan diperoleh selama sehari, dan apa yang bisa dan harus diraihnya besok. Ini dilakukan setelah melaksanakan shalat syaf’i dan witir. Dengan begitu, dia akan menatap agenda harinya esok dengan mantap dan jelas, tanpa ragu. Untuk memudahkan evaluasi dan perencanaan, bisa dibuat daftar pengecekan yang berisi poin-poin aktivitas di atas.
Inilah beberapa kiat sukses untuk mendapatkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan, agar tak satu pun kesempatan emas di dalamnya terbuang sia-sia.


Hukum-hukum Penting Seputar Ramadhan

Selain beberapa hukum seputar Ramadhan yang telah dijelaskan di atas, Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din menjelaskan beberapa hukum penting seputar puasa Ramadhan:
1- Wajib: Dalam hal ini ada beberapa hukum yang harus dilaksanakan oleh seorang Muslim: (1) Memonitor datangnya awal Ramadhan dengan merukyat hilal. Ini hukumnya fardhu kifayah. Jika tidak menemukan hilal, maka hitungan bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari. (2) Niat berpuasa Ramadhan, dan tempatnya di dalam hati. (3) Mencegah masukkan apapun ke dalam salah satu lubang di dalam tubuh secara sengaja, baik telinga, hidung, kemaluan maupun dubur. (4) Menahan diri dari berhubungan badan (jimak). (5) Menahan diri dari mengeluarkan sperma secara sengaja, baik berciuman maupun onani. (6) Tidak muntah dengan sengaja. Karena sengaja muntah bisa membatalkan puasa.
2- Sunnah: Adapun perkara yang disunnahkan adalah: (1) Mengakhirkan sahur. (2) Menyegerakan buka puasa, baik dengan kurma, atau air sebelum shalat Maghrib. (3) Dermawan di bulan Ramadhan. (4) Mengkaji dan mendalami al-Qur’an. (5) I’tikaf di masjid, terutama pada hari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan, karena ini merupakan kebiasaan Rasulullah saw. Ketika memasuki hari sepuluh terakhir, baginda saw. banyak meninggalkan tempat tidur, mengencangkan sarung, bersungguh-sungguh dan memotivasi keluarganya untuk bersungguh-sungguh beribadah, karena di sana ada malam Lailatu al-Qadar. Baginda pun tidak keluar meninggalkan iktikaf, kecuali untuk melayani kebutuhan orang.
3- Mubtilat as-Shaum: Beberapa perkara yang bisa membatalkan puasa: (1) Makan, minum dengan sengaja. (2) Jimak dan mengeluarkan sperma dengan sengaja. (3) Haid dan nifas. (4) Sengaja muntah. (5) Memasukkan sesuatu dengan sengaja ke dalam salah satu lubang tubuh (mulut, hidung, telinga, kemaluan dan dubur). (6) Transfusi darah bagi orang sakit yang membutuhkan darah. (7) Bekam dan donor darah, karena ada hadits yang menyatakan, “Berbuka orang yang membekam dan dibekam.” (8) Infus cairan dalam tubuh untuk asupan makanan.
4- Mubahat: Perkara yang dibolehkan: (1) Siwak dan gosok gigi. (2) Mencicipi makanan, selama tidak masuk ke tenggorokan. (3) Menggunakan celak mata. (4) Infus cairan bukan untuk asupan makanan. Ini diperbolehkan, setidaknya menurut Ibn Taimiyyah. (5) Memeriksa darah, dengan mengambil sample darah, karena yang diambil hanya setetes atau dua tetes darah. (6) Muntah dengan tidak sengaja.
5- Udzur: Adapun udzur yang membolehkan seseorang untuk membatalkan puasanya, bisa dipilah menjadi tiga: (1) Udzur yang mewajibkan berbuka dan haram berpuasa. Jika berpuasa, malah tidak sah. Misalnya, haid dan nifas bagi wanita. Kepadanya diwajibkan mengganti puasanya. (2) Udzur yang dibolehkan tidak berpuasa, bahkan adakalanya wajib. Menurut pendapat Jumhur ulama, dia tidak wajib mengganti puasa, tetap wajib memberi makan fakir miskin. Misalnya orang yang sudah tua renta yang tidak mampu berpuasa dan orang sakit parah yang tidak ada harapan sembuh. (3) Udzur yang membolehkan tidak berpuasa, boleh jadi dalam kondisi tertentu wajib tidak berpuasa dan wajib mengganti, atau boleh berpuasa dan tidak, dan jika tidak berpuasa, maka wajib mengganti. Misalnya seperti orang sakit dan bepergian.
Ini beberapa hukum penting seputar puasa Ramadhan yang telah digariskan oleh Islam. (KH Hafidz Abdurrahman)

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

65 Tahun Indonesia Merdeka? (Renungan Hari Kemerdekaan NKRI)

65 Tahun Indonesia Merdeka? (Renungan Hari Kemerdekaan NKRI)

Tak terasa sudah 65 tahun usia “kemerdekaan” Indonesia. Saat ini tak ada lagi Belanda atau Jepang yang menjadi penguasa dan pemerintahnya. Namun, kita patut bertanya: Sudahkah rakyat dan bangsa ini benar-benar merdeka dalam pengertian yang sesungguhnya?

Memang, setiap 17 Agustus upcara pengibaran bendera dilakukan sebagai simbol kemerdekaan. Namun, perubahan nasib rakyat negeri ini ke arah yang lebih baik-antara lain rakyat menjadi sejahtera, adil dan makmur-sebagai cita-cita kemerdekaan masih jauh panggang dari api. Nasib mereka malah makin merana, seperti makin lusuhnya bendera sang saka.

Seharusnya dengan ‘umur kemerdekaan’ yang cukup matang (65th), idealnya bangsa ini telah banyak meraih impiannya. Apalagi segala potensi dan energi untuk itu dimiliki oleh bangsa ini. Sayang, fakta lebih kuat berbicara, bahwa Indonesia belum merdeka dari keterjajahan pemikiran, politik, ekonomi, hukum, budaya, dll. Indonesia belum merdeka dari kemiskinan, kebodohan, kerusakan moral dan keterbelakangan. Singkatnya, Indonesia yang dihuni 237 juta jiwa lebih ini (yang mayoritas Muslim; 87%) masih dalam keadaan terjajah!

Pandangan di atas tentu tak mengada-ada. Sebagai contoh, dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan Harian Kompas, masyarakat menilai banyak aspek dan kondisi makin buruk saja pada saat ini. Misal, pada aspek keadilan hukum mereka menyatakan: 59,3% semakin buruk, 13,4%: tetap, 21,6%: semakin baik. Lalu pada aspek keadilan ekonomi mereka menyatakan: 60,7%: semakin buruk, 15,1%: tetap, 21,1%: semakin baik. Saat berbicara pada aspek peran negara, ternyata kesimpulannya: peran negara tidak memadai!

Lalu terkait kemerdekaan, terlihat jelas bahwa masyarakat memandang Indonesia belum merdeka baik dalam bidang ekonomi (67,5%: menyatakan belum merdeka), politik (48,9%; menyatakan belum merdeka), budaya (37,1%: menyatakan belum merdeka).
Pandangan dan penilaian masyarakat di atas rasanya cukup mewakili pandangan mayoritas rakyat Indonesia. Merekalah yang merasakan langsung atau bahkan menjadi obyek penderita dari keterjajahan di berbagai bidang justru di era “kemerdekaan” saat ini.

Jadi, Indonesia merdeka, kata siapa?
Potret Nyata Keterjajahan
Dalam rentang waktu 65 tahun, Indonesia masih menyuguhkan potret kehidupan rakyatnya yang masih memprihatinkan. Dari data BPS yang dibacakan Presiden SBY (16/8), jumlah penduduk Indonesia 2010 adalah 237.556.363 jiwa. Yang masuk kategori miskin lebih dari 100 juta penduduk dengan ukuran pendapatan 2 dolar AS/hari.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengaku tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2009, mencapai 8,96 juta orang atau 7,87 persen dari total angkatan kerja sebanyak 113,83 juta orang. Jumlah itu tentu belum termasuk pengangguran ‘tertutup’ ataupun yang setengah menganggur. Dengan kenaikan tarif dasar listrik baru-baru ini, angka pengangguran diduga akan bertambah I juta orang karena akan banyak industri yang melakukan PHK. Di Ibukota Jakarta saja, lebih dari 73 ribu sarjana saat ini menjadi pengangguran.

Alhasil, pidato kenegaraan oleh Presiden setiap tanggal 17 Agustus menjadi tak berarti, karena hanya menjadi ajang “memuji” keberhasilan semu penguasa dan politik pencitraan. Berbusa-busa Presiden bercerita espektasi RAPBN-2011 dan nota keuangan dengan memaparkan asumsi makro dalam RAPBN 2011: pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,1 -6,4%; nilai tukar rupiah Rp 9.100-9.400 perdolar AS; inflasi 4,9-5,3%; dll (berdasarkan data BKF/Badan Kebijakan Fiskal). Pemerintah pun berencana menaikkan kembali gaji pegawai negeri sipil, TNI dan Kepolisian Negara RI serta pensiunan masing-masing 10 persen pada tahun anggaran 2011.

Namun, yang tak bisa diingkari adalah potret kemiskinan rakyat dan keterjajahan mereka di negeri sendiri. Rakyat dihadapkan pada kenaikan harga yang makin tidak terkendali, baik bahan pokok (sembako), pupuk pertanian, biaya pendidikan dan kesehatan yang tinggi, dll. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan TDL baru-baru ini jelas makin mendongkrok kenaikan harga kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya.
Tak ketinggalan, APBN yang 70% sumbernya adalah dari pajak rakyat, sebagian besarnya justru tidak kembali kepada rakyat. Pasalnya, sebagian dirampok oleh para koruptor, sebagian untuk membayar utang dan bunganya yang bisa mencapai ratusan triliun, dan sebagian lagi untuk membiayai kebijakan yang tidak pro-rakyat. Sebaliknya, anggaran untuk program-program yang pro-rakyat relatif kecil.

Pemerintah pun terkesan lebih mengutamakan para pemilik modal ketimbang rakyat. Contoh: Pemerintah begitu sigap mengucurkan Rp 6,7 triliun (yang akhirnya di rampok juga) untuk Bank Century; sebaliknya begitu abai terhadap korban Lumpur Lapindo hingga hari ini. Pemerintah pun tega untuk terus mengurangi subsidi untuk rakyat di berbagai sektor: pendidikan, pertanian, kesehatan, BBM dan listrik. Yang terbaru, saat banyak rakyat menjadi korban akibat “bom” tabung gas elpiji, Pemerintah justru berencana mencabut subsidi gas elpiji tabung 3 kg. Artinya, harga gas elpiji tabung 3 kg akan dinaikkan dengan alasan untuk mengurangi kesenjangan (disparitas) harga dengan gas elpiji tabung 12 kg. Kesenjangan harga ini dituding sebagai faktor utama yang mendorong terjadinya banyak pengoplosan gas yang sering merusak katup tabung gas, dan pada akhirnya menimbulkan banyaknya kasus ledakan. Padahal jelas, kebijakan

Pemerintah yang memaksa rakyat untuk mengkonversi penggunakan minyak tanah ke gas itulah yang menjadi akar masalahnya.
Dengan menyaksikan sekaligus merasakan fakta-fakta di atas, akhirnya bagi rakyat kebanyakan kemerdekaan menjadi sebatas retorika!

Sekadar Klaim
Di hadapan seluruh anggota DPD dan DPR RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin 16 Agustus 2010, Presiden SBY mengklaim keberhasilan Pemerintah dalam pelaksanaan demokrasi, termasuk Pemilukada langsung. Namun masalahnya, klaim keberhasilan berdemokrasi tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyat. Inilah ilusi demokrasi. Seorang gubernur gajinya sekitar Rp 8 juta, walikota sekitar Rp 6 juta. Namun, saat hendak merebut kursi kekuasaan, ongkos politik yang mereka keluarkan bisa mencapai ratusan miliar rupiah. Saat terpilih, mereka dituntut untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Tentu, tuntutan itu menjadi mimpi di siang bolong. Faktanya, kasus korupsi, termasuk di daerah-daerah, meningkat tajam justru sejak penguasa daerah, juga wakil rakyat daerah, dipilih langsung melalui Pemilukada. Pada tahun 2010 saja, Presiden SBY sudah meneken izin pemeriksaan 150 kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi. Keadaannya tak jauh berbeda dengan kasus korupsi di pusat kekuasaan, termasuk di DPR, yang notabene lembaga wakil rakyat.
Akar Masalah

Jika kita mau jujur, akar masalah dari semua persoalan di atas ada pada sistem kehidupan yang dipakai oleh Indonesia. Selama 65 tahun “merdeka” negeri ini mengadopsi sistem demokrasi-sekular. Demokrasi pada akhirnya hanya menjadi topeng penjajahan baru atas negeri ini. Pasalnya, melalui sistem dan proses demokrasilah lahir banyak UU dan kebijakan yang justru menimbulkan keterjajahan rakyat di negeri ini. UU KHUP masih warisan penjajah. UU SDA sangat liberal. Demikian pula UU Migas, UU Minerba, UU Kelistrikan, UU Pendidikan, UU Kesehatan dan banyak lagi UU lainnya. Sebagian besar UU yang ada bukan saja tak berpihak kepada rakyat, bahkan banyak yang menzalimi rakyat. Pasalnya, melalui sejumlah UU itulah, sebagian besar sumberdaya alam milik rakyat saat ini justru dikuasai pihak asing. Contoh, kekayaan energi termasuk migas (minyak dan gas) di negeri ini saat ini 90%-nya telah dikuasai perusahaan-perusahaan asing.

Jelas, rakyat negeri ini sesungguhnya masih terjajah oleh negara-negara asing lewat tangan-tangan para pengkhianat di negeri ini. Mereka adalah para komprador lokal yang terdiri dari para penguasa, politikus, wakil rakyat dan intelektual yang lebih loyal pada kepentingan asing karena syahwat kekuasaan dan kebutuhan pragmatisnya. Akibatnya, rakyat seperti “ayam mati di lumbung padi”. Mereka sengsara di negerinya sendiri yang amat kaya. Mereka terjajah justru oleh para pemimpinnya sendiri yang menjadi antek-antek kepentingan negara penjajah.

Kemerdekaan Hakiki

Jelas, kita masih dijajah. Kebijakan ekonomi masih merujuk pada Kapitalisme, ideologi penjajah. Di bidang politik, sistem politik yang kita anut, yakni demokrasi, juga berasal dari negara penjajah. Tragisnya, demokrasi menjadi alat penjajahan baru. Hukum kita pun masih didominasi oleh hukum-hukum kolonial.
Akibatnya, kemiskinan menjadi “penyakit” umum rakyat. Negara pun gagal membebaskan rakyatnya dari kebodohan. Rakyat juga masih belum aman. Pembunuhan, penganiyaan, dan kriminalitas menjadi menu harian rakyat negeri ini. Bukan hanya tak aman dari sesama, rakyat pun tak aman dari penguasa mereka. Hubungan rakyat dan penguasa bagaikan hubungan antarmusuh. Tanah rakyat digusur atas nama pembangunan. Pedagang kaki lima digusur di sana-sini dengan alasan penertiban. Pengusaha tak aman dengan banyaknya kutipan liar dan kewajiban suap di sana-sini. Para aktifis Islam juga tak aman menyerukan kebenaran Islam; mereka bisa ‘diculik’ aparat kapan saja dan dituduh sebagai teroris, sering tanpa alasan yang jelas.

Karena itu, kunci agar kita benar-benar merdeka dari penjajahan non-fisik saat ini adalah dengan melepaskan diri dari: (1) sistem Kapitalisme-sekular dalam segala bidang; (2) para penguasa dan politisi yang menjadi kaki tangan negara-negara kapitalis.

Selanjutnya, kita harus segera menerapkan aturan-aturan Islam dalam seluruh kehidupan kita. Hanya dengan syariah Islamlah kita dapat lepas dari aturan-aturan penjajahan. Hanya dengan syariah Islam pula kita bisa meraih kemerdekaan hakiki.
Syariah Islam yang diterapkan oleh Khilafah Islam akan menjamin kesejahteraan rakyat karena kebijakan politik ekonomi Islam adalah menjamin kebutuhan pokok setiap individu rakyat. Negara juga akan memberikan kemudahan kepada rakyat untuk mendapatkan kebutuhan sekunder dan tersier. Negara pun akan menjamin kebutuhan vital bersama rakyat seperti kesehatan gratis, pendidikan gratis dan kemudahan transportasi. Khilafah Islam juga akan menjamin keamanan rakyat dengan menerapkan hukum yang tegas. Capaian semua itu berdiri tegak di atas sebuah ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia, menenteramkan jiwa dan memuaskan akal. Itulah ideologi Islam yang akan menjadi rahmatan lil ‘alamin. Mahabenar Allah Yang berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad saw.) melainkan agar menjadi rahmat bagi alam semesta (QS al-Anbiya’ [21]: 107).
Wallahu a’lam bi ash-shawab. []

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Senin, 26 Juli 2010

Manajemen Waktu

Manajemen Waktu

Wahai manusia, waktu adalah kehidupan. Sesungguhnya kamu adalah kumpulan waktu, jika satu waktu telah lewat, maka telah hilang pula satu bagian darimu. Waktu adalah seperti pedang, jika kamu tidak memotongnya, maka ia akan memotongmu.

Sobat, salah satu kebiasaan yang baik dan merupakan bagian yang amat penting dalam meraih kesuksesan tanpa batas adalah manajemen waktu. Kebiasaan ini didefinisikan sebagai sebuah aktivitas memanfaatkan waktu yang tersedia dan potensi-potensi yang tertanam dalam diri kita guna mewujudkan tujuan-tujuan penting yang ingin kita capai dalam kehidupan dengan tetap berusaha mewujudkan keseimbangan antara tuntutan-tuntutan pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan jasmani,rohani dan akal.

Sobat, waktu adalah amanah. Dalam Islam, waktu bukanlah uang atau emas tetapi nyawa karena jika waktu terbuang atau hilang tidak dapat digantikan seperti layaknya nyawa. Manusia yang menyia-nyiakan waktu adalah manusia yang tidak menghargai hidup dan nyawanya. Ingatlah kita surat Al-Ashr ayat 1 – 3 di mana Allah berfirman, “Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan menetapi kesabaran.”

Di dalam suhuf Nabi Ibrahim, Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Alhakim dengan sanad yang sahih terdapat kalimat-kalimat yang sangat ispiratif dan cukup memberikan semangat terkait dengan pengaturan waktu. “ Bagi seseorang yang berakal waras pikirannya, hendaklah dia membagi waktunya untuk :

1. Sesaat bermunajat kepada Tuhannya.
2. Sesaat untuk muhasabah diri.
3. Sesaat untuk bertafakur berkaitan dengan segala ciptaan Allah
4. Sesaat untuk mencari keperluan makan minumnya.
Orang yang berakal jangan memprioritaskan hal lain kecuali pada tiga hal ini :

1. Bekal untuk akherat
2. Bekal untuk kehidupan di dunia
3. Bersukaria dalam hal yang tidak diharamkan. “
Allah Maha Adil karena memberikan kepada setiap manusia jumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam setiap harinya. Orang yang sukses adalah orang yang berhasil mengisi waktu 24 jam itu dengan hal-hal yang bermanfaat dan mengandung ibadah. Konsep ini selaras dengan firman Allah surat Adz-Dzariyat ayat 56, “ Tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan dirinya kepada-Ku” Melalui penmgabdian, manusia dapat membangun keunggulan, dan waktu sangat diperlukan untuk tujuan ini. Salah satu sifat yang dimiliki Mukmin yang sukses adalah,”Mereka berpaling dari melakukan hal yang sia-sia…” Surat Mukminun ayat 3, “Hal yang sia-sia” Menurut Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya maksudnya segala hal yang bathil meliputi perbuatan syrik, maksiat, serta perbuatan dan perkataan yang tidak mendatangkan manfaat.

Menunda pekerjaan adalah penyakit yang sering menyerang golongan yang gagal. Bagi mereka, masih ada hari esok. Memang tidak salah mereka menanti hari esok. Golongan yang sukses segera memanfaatkan waktu sekarang karena waktu sedang ada dalam genggaman mereka. Kalau dalam bahasa inggris, waktu sekarang adalah present, dan present juga artinya hadiah. Hadiah harus dihargai. Umat Islam memiliki potensi untuk sukses karena agama Islam mendidik umatnya tidak menunda-nunda pekerjaan. Khalifah Abu Bakar pernah berpesan kepada sahabat Umar bin Al-khattab, “Wahai Umar, tanggung jawab yang Allah serahkan pada malam hari janganlah ditunda sampai siang hari dan yang diserahkan pagi hari janganlah ditangguhkan sampai malam hari.” Orang yang suka menunda pekerjaan harus tahu bahwa waktu berlalu sangat cepat dan tidak bisa diulang. Jika rugi waktu sejam, mereka harus menyadari bahwa 3600 detik sudah lewat. Sehari sama dengan 86.400 detik dan seminggu adalah 604.800 detik. Pengaturan waktu yang baik perlu kedisiplinan. Latihan disiplin ini sudah ada dalam ibadah harian orang Islam.

Sobat, ada beberapa taktik penting untuk mengatur waktu. Diantaranya :

1. Tentukan prioritas
2. Rencanakan masa depan dan tuliskanlah
3. Kuasai jalan pintas : kemahiran membaca dengan cepat, menulis dengan cepat, dan sebagainya dapat menghemat waktu.
4. Fokus atau berikan perhatian penuh. Banyak waktu terbuang jika sesuatu dikerjakan secara sambil lalu.
5. Belajar berkata “tidak” kepada permintaan dan pekerjaan yang tidak penting.
6. Delegasikan pekerjaan yang dapat dilakukan oleh orang lain.
7. Berinvestasi untuk kursus dan seminar yang dapat mempertajam keterampilan diri dan keterampilan menghemat waktu.
8. Manfaatkan teknologi. Komputer adalah alat yang dapat membantu jika dimanfaatkan dengan baik.
9. Jangan menunda-nunda pekerjaaan
10. Seimbangkan hidup, untuk karier, keluarga, dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan jika kita merencanakan semua dengan baik.
Sebagai penutup dari artikel ini, sobat kita harus ingat bahwa orang Islam yang sukses adalah yang amanah pada waktu. Mereka merasa rugi jika hidup mereka tidak dipenuhi dengan aktivitas beribadah. Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin berkat,

“Awasilah setiap detik dalam hidupmu, jangan kamu lupakan Allah sedetikpun karena bila itu terjadi maka kamu sebenarnya dalam keadaan bahaya. Sesungguhnya semua manusia berada dalam kehancuran kecuali mereka yang berilmu. Orang-orang yang berilmu berada dalam kehancuran kecuali mereka mereka yang beramal. Mereka yang beramal juga berada dalam kehancuran kecuali golongan yang ikhlas. Golongan yang ikhlas ini pun masih belum selamat sepenuhnya dari bahaya besar di sisi Allah…. Semua ini akan membebani kamu kecuali jika kamu mengambil dari dunia ini sekedar perlunya saja.”

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, ” Aku tidak pernah menyesali sesuatu seperti aku menyesali satu hari yang telah berlalu, karena dengan itu ajalku semakin berkurang sedangkan amal ibadahku tidak bertambah.”

Salam Dahsyat dan Luar Biasa! Salam SuksesMulia!

( Spiritual Motivator – N.Faqih Syarif H penulis buku AL Quwwah ar ruhiyah kekuatan spirit tanpa batas dan buku Bila jatuh bangunlah. www.cahayaislam.com atau www.fikrulmustanir.blogspot.com )
http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Giving is Rich

Giving is Rich

Berpikir untuk diri-sendiri adalah awal dari kemiskinan
”Untuk menjadi sukses, tidak ada cara yang lebih baik daripada membantu orang lain untuk menjadi sukses”

Sobat, Mulai hari ini, ubahlah paradigma Anda. Dari yang tadinya merasa lebih enak jika diberi menjadi lebih enak kalau memberi. ” Giving is Rich”. Kita tidak perlu menunggu sampai kita kaya untuk bisa memberi sesuatu pada orang lain. Memberi tidak harus dalam bentuk uang. Jika kita tidak punya uang, kita bisa memberi dalam bentuk waktu, pikiran, ide, dan masih banyak yang lain.

Mentor kami Prof. Ali Azis Guru besar IAIN Sunan Ampel pernah menyampaikan kalau kita banyak mengajarkan kebaikan kepada orang banyak maka itu sejatinya adalah investasi kita dikemudian hari, merekapun akan mengingat kita dan akan menjadi jalan kesuksesan kita.Robert T. Kiyosaki menjadi sukses karena mengajarkan kemandirian finansial kepada lebih banyak orang. Mentor kami Jamil Azzaini menjadi sukses karena mengajarkan kearifan dan sukses mulia kepada lebih banyak orang. Demikian juga Mario Teguh, Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, Gede Prama menjadi sukses karena mereka mengajarkan kesuksesan dan kearifan kepada lebih banyak penduduk.Bahkan Dik Doang dengan Kandang Jurang-nya juga memiliki misi mengajar lebih banyak anak-anak indonesia untuk mengenal lingkungan hidup.

Data empirik juga menunjukkan suatu perusahaan, bisnis, maupun organisasi yang sukses adalah yang berhasil membantu orang lain untuk meraih kesuksesan, membantu orang lain untuk meraih impiannya. Pada tahun 90-an , Andrew Carnegie seorang raja baja adalah orang yang terkaya di masa itu. Suatu kali beliau di wawancarai oleh seorang wartawan apa prinsip suksesnya. Beliau menjawab, ” Gampang, untuk bisa menjadi kaya dan sukses, terlebih dahulu harus membantu karyawan menjadi kaya dan sukses.” dan beliau telah membuktikan prinsipnya itu, maka beliau menjadi orang terkaya saat itu.

Sobat, berikan paling tidak 10 % dari penghasilan kita untuk diberikan kepada orang yang membutuhkan. Berikan nilai manfaat kepada banyak orang melalui talenta yang kita miliki. Saya senang berbagi dan menginspirasi orang lain, untuk itu saya menulis buku,beberapa artikel tiap minggu untuk diposting blog www.cahayaislam.com atau www.fikrulmustanir.blogspot.com , memberikan spiritual motivation secara gratiss di RRI Pro 2 FM tiap selasa sore jam 16.30 sd 17.30, Membina kurang lebih 100 mahasiswa/mahasiswi untuk menjadi trainer dan penulis handal melalui program mentor FM Plus. ”Semakin banyak orang yang Anda ungkit keberhasilannya, maka semakin ’terjamin’ masa depan Anda, karena saat itu, Anda telah mengakumulasi tabungan epos yang sangat besar.” Pesan Mas Jamil Azzaini dalam bukunya DNA SuksesMulia.

Sobat, mulailah bertanya pada diri sendiri ” Kapan giliran saya membantu orang lain?” Anda perlu bertanya kapan Anda akan mulai menjadi malaikat bukan tuyul yang hobi mencuri dan merugikan orang lain, kapan akan mulai memberi kepada orang lain. Jika Anda bertanya kepada saya kapan waktu yang paling tepat, jawabannya adalah SEKARANG. Tidak ada waktu yang paling tepat sobat, untuk membantu orang lain. Mulailah dari sekarang.

Sobat, kita harus mengubah cara pandang kita kalau memberi jauh lebih baik daripada menerima, tangan di atas jauh lebih baik daripada tangan di bawah. Giving is Rich. Jika kita berbagi, jika kita memberi, percayalah kita akan meraih kesuksesan yang lebih besar. Kita pasti akan berkelimpahan.

Sobat, Dakwah mengajak orang ke jalan kebaikan adalah wujud kepedulian kita pada sesama. Membina orang untuk berubah menjadi lebih baik, lebih sholeh dan lebih meningkat Iman dan Takwanya serta menjadikan mereka juga ikut andil dalam penyadaran umat adalah wujud kepedulian yang luar biasa. Dan makna kepedulian itu digambarkan Rasulullah sangat indah dalam hadits-Nya :

“Siapa saja yang bangun di pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah; dan barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka”

(HR. Thabrani dari Abu Dzar al-Ghifari, Imam Al-Haitsami, majma’ Zawaid, jilid X, halaman 248)

Dan imbalan bagi yang peduli disebutkan juga oleh baginda Rasulullah SAW :

Siapa saja yang menyeru manusia pada petunjuk (Islam), dia pasti akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala yang diperoleh orang yang mengikuti petunjuk itu tanpa mengurangi sedikitpun pahalanya
(HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi, an Nasa’I dan Ibn Majah)

Semoga kita semua tetap istiqomah dan berjuang di jalan-Nya serta terus-menerus menebar Epos atau kebajikan semata-mata mencari Ridho Allah SWT. Ingatlah sobat, bahwa Rasulullah SAW juga pernah bersabda, ” Maka bertakwalah kepada Allah, dan perbaguslah cara mencari Rizki. Jika Rizki salah seorang dari kalian lambat, maka janganlah ia mengejarnya dengan melakukan kemaksiatan kepada Allah, karena anugerah Allah tidak dicapai dengan maksiat.” ( terj. HR. Hakim).

Salam SuksesMUlia! Salam Dahsyat dan Luar Biasa! Allahu Akbar!

(Spiritual Motivator – N.Faqih Syarif H, Penulis buku-buku motivasi dan pengembangan diri salah satunya Al-Quwwah ar ruhiyah Kekuatan spirit tanpa batas.) 

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Rabu, 09 Juni 2010

TINGGALKAN ‘POLITIK TIPU-TIPU’, KEMBALILAH KE POLITIK ISLAM

TINGGALKAN ‘POLITIK TIPU-TIPU’, KEMBALILAH KE POLITIK ISLAM
[Al-Islam 508] Setelah sempat ‘memanas’ dan menjadi berita utama dalam media massa dalam beberapa bulan lalu, Skandal Century sejak beberapa pekan lalu sesungguhnya sudah mulai ‘mendingin’, ditimpa oleh berbagai persoalan/kasus baru yang terus-menerus muncul atau sengaja dimunculkan seperti kasus Susno, isu terorisme, dll.

Sebagaimana kasus-ksus serupa sebelumnya yang melibatkan penguasa, pejabat atau para pemilik modal besar (Skandal BLBI, misalnya), Skandal Century dipastikan akan menguap begitu saja. Tanda-tanda ke arah upaya ‘mempetieskan’ Skandal Century ini sudah mulai tampak. Hal itu antara ditandai antara lain oleh ‘pengunduran’ Menkeu Sri Mulyani karena ditarik menjadi direktur operasional Bank Dunia, lalu disusul dengan pembentukan sekretariat gabungan oleh partai-partai koalisi Pemerintah.

Skandal pengucuran dana talangan kepada Bank Century pertama kali mencuat sekitar satu setengah tahun lalu ketika KPK meminta BPK melakukan audit atas bailout Century itu. Sejak saat itu bergulir serangkaian drama politik berseri yang mementaskan lakon jalannya perpolitikan di negeri ini.

Begitu hasil audit BPK atas pengucuran dana talangan kepada Bank Century keluar, drama Century pun makin ramai sampai akhirnya dibentuk Pansus Century di DPR. Perdebatan di Pansus yang disiarkan langsung juga memperlihatkan bagaimana kepentingan masing-masing partai begitu menonjol, ditambah lagi kepentingan pribadi. Proses di Pansus banyak menghamburkan waktu dengan memperdebatkan hal-hal yang tidak prinsip.

Di tengah perjalanan Pansus yang disorot oleh seluruh mata rakyat Indonesia itu terjadi pergantian anggota Pansus. Lagi-lagi tampak begitu menonjol bagaimana kepentingan partai harus dikedepankan dan semangat kritis untuk mengungkap kasus segamblang-gamblangnya harus dikorbankan. Proses seterusnya di Pansus juga tetap menunjukkan bagaimana kepentingan elit masih menjadi faktor penentu.

Di lain pihak, Pemerintah tiba-tiba mempersoalkan kembali kasus pajak Grup Bakrie, mengungkap kasus-kasus korupsi oknum-oknum aktivis partai yang terlihat “kritis” dalam Pansus, yang dari segi timing (waktu), baru diungkap saat itu, bukan dari sebelum-sebelumnya. Dengan mudah hal itu ditangkap oleh masyarakat sebagai reaksi untuk menjinakkan lawan politik.

Semua itu akhirnya terkesan untuk bisa menaikkan posisi tawar dalam melakukan negosiasi politik. Di situlah akhirnya terjadi ‘politik dagang sapi’.

Di antara puncak drama Century itu adalah ketika Sri Mulyani ‘mengundurkan diri’ dari jabatan sebagai menteri keuangan dan akan berpindah menduduki jabatan direktur operasional di Bank Dunia. Sebagian kalangan memahami bahwa itu adalah exit strategi (jalan selamat) bagi Sri Mulyani tanpa dia harus kehilangan muka secara total. Pasalnya, dengan menduduki jabatan direktur Bank Dunia, tentu sulit bagi KPK untuk memeriksa dan memproses hukum lebih jauh atas Sri Mulyani.

Sehari setelah pengunduran Sri Mulyani dibentuk sekretariat gabungan partai koalisi. Aburizal Bakrie yang saat ini menjadi ketua Partai Golkar menjadi ketua hariannya.

Lagi-lagi dalam proses pengunduran Sri Mulyani dan terbentuknya Setgab ini kuat tercium aroma kepentingan.

‘Politik Tipu-tipu’

Rangkaian drama politik di atas sekali lagi menunjukkan dengan kuat kepada kita bahwa belum ada perubahan paradigma politik di negeri ini. Padahal reformasi sudah berjalan lebih dari satu dekade. Paradigma politik yang belum berubah sama sekali itu adalah bahwa politik identik dengan kekuasaan. Semua energi politik seakan ditumpahkan demi meraih kekuasaan dan kemudian mempertahankannya. Jalannya semua proses itu dihela oleh kepentingan. Kepentingan tetap dijadikan panglima. Karena itu, selama kepetingan menghendaki, maka yang semula lawan bisa dalam sekejap menjadi kawan, dan sebaliknya. Bahwa kepentingan tetap menjadi penentu itu juga terungkap dalam curhatnya Sri Mulyani pada acara kuliah umum tentang "Kebijakan Publik dan Etika Publik" di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa, 18/5. Ia menjelaskan mengapa mundur dari jabatan menteri keuangan dan menerima jabatan direktur operasional di Bank Dunia. Ia mengatakan, “Ini adalah suatu kalkulasi bahwa sumbangan saya, atau apapun yang saya putuskan sebagai pejabat publik, tidak lagi dikehendaki di dalam sistem politik di mana perkawinan kepentingan itu sangat dominan. Banyak yang mengatakan ini adalah kartel, saya lebih suka mengatakannya kawin, walaupun jenis kelaminnya sama.”

Curhat Sri Mulyani itu menandaskan bahwa kepentingan masih begitu menonjol dalam proses politik dan kebijakan di negeri ini. Apalagi dalam sistem demokrasi yang prosesnya memerlukan biaya yang sangat besar. Akhirnya, kepentingan politik itu berkolaborasi dengan kepentingan para cukong yang bisa mengongkosi proses politik demokrasi itu. Muncullah penguasa yang lebih mengutamakan kepentingan para pemilik modal serta kepentingan politisi dan kelompoknya dengan menjadikan kepentingan masyarakat banyak sebagai komoditasnya.

Ironisnya, semua itu bukan hanya terjadi di pusat, tetapi juga menjalar dan merata di daerah-daerah. Lihat saja, lebih dari seratus kepala daerah dan pejabat daerah yang notabene hasil dari proses demokrasi sudah antre untuk diproses hukum oleh arapat karena kasus korupsi. Lihat pula bagaimana mereka berupaya mati-matian agar tampuk kekuasaan di daerah itu tidak berpindah dari tangan mereka. Untuk itu maka istri, anak, kerabat atau orang-orang dekat mereka pun dicalonkan untuk mejadi pengganti mereka. Tentu saja peran para cukong dalam proses itu akhirnya menjadi demikian besar.

Karena kepentingan yang menjadi penentu, proses-proses hukum pun senantiasa pilih kasih. Jika pelakunya para pejabat, mereka yang dekat dengan kekuasaan, atau para pemilik modal, maka akan dibiarkan atau setidaknya prosesnya akan berjalan begitu lambat. Ketika masyarakat lupa atau tidak lagi memperhatikannya, kasusnya pun dipetieskan. Penanganan kasus Century pun diindikasikan akan menjadi seperti itu. Itulah politik ‘politik tipu-tipu’ ala demokrasi. Politik semacam ini tentu harus segera ditinggalkan.

Politik Islam

Semua itu tentu menyalahi tuntunan Islam. Dalam Islam politik adalah bagaimana memelihara urusan rakyat. Politik mengurus rakyat itu adalah tugas para nabi dan dilanjutkan menjadi tugas setiap khalifah, pejabat dan pemimpin masyarakat pasca Nabi saw. Karena itu, Islam menggariskan bahwa tugas pemimpin adalah mengurusi kepentingan rakyat. Nabi saw. bersabda:

«فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»

Pemimpin yang menangani urusan masyarakat adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari dan Muslim).

Pemimpin, termasuk para pejabat dan politisi, seperti diungkapkan Nabi saw. di atas, bertanggung jawab mengurusi urusan dan kepentingan rakyat laksana seorang penggembala mengurusi gembalaannya. Karena itu, tugas pemimpin itu adalah merealisasikan kemaslahatan bagi rakyat dan menolak kemadaratan dari mereka; bukan mengedepankan kepentingannya sendiri, kelompoknya atau pemilik modal, apalagi pihak asing.

Sebagai agama paripurna, ketika mensyariatkan bahwa kepemimpinan dan jabatan adalah demi mengurusi urusan dan kemaslahatan rakyat, Islam juga memberikan serangkaian hukum yang harus dijadikan panduan dan dipegang teguh untuk merealisasikan sekaligus menjamin terpeliharanya kepentingan rakyat itu. Semua itu terangkum dalam sistem syariah baik di bidang pemerintahan seperti kewajiban muhasabah (kontrol), hukum-hukum pemerintahan, dsb; di bidang ekonomi mulai hukum tentang kepemilikan dan pengelolaan kepemilikan itu, hukum-hukum tentang moneter, hukum-hukum tentang Baitul Mal, dsb; maupun dalam bidang sosial, kebudayaan, politik luar negeri dan sebagainya.

Islam tidak membiarkan pembuatan hukum dan aturan diserahkan kepada manusia sehingga menjadi komoditi tawar-menawar berdasarkan kepentingan. Islam telah menetapkan hukum-hukum pengelolaan negara dan urusan masyarakat yang harus dijadikan pandungan dan dipedomani oleh setiap penguasa, pejabat, pemimpin dan selurun rakyat. Untuk menjamin pelaksanaan hukum-hukum itu secara baik, Islam menetapkan muhasabah (kontrol/koreksi) terhadap penguasa sebagai kewajiban bagi masyarakat baik secara individual maupun kolektif. Islam memberikan ruang yang sedemikian luas bagi semua itu sebagaimana bisa dilihat dalam hukum-hukum politik dan pemerintahan Islam secara rinci.

Islam juga menetapkan adanya pertanggungjawaban di akhirat atas pemimpin. Setiap pemimpin akan Allah mintai pertanggungjawaban atas bagaimana dia mengurusi kepentingan rakyat yang Allah bebankan di atas pundaknya. Jika pemimpin sempurna menunaikan tugasnya mengurusi kepentingan rakyatnya, maka dia akan mendapat tempat di surga bersama para nabi dan rasul. Sebaliknya, jika dia menipu rakyatnya maka dia akan ditandai sesuai dengan kadar penipuannya. Nabi saw. bersabda:

« لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرْفَعُ لَهُ بِقَدْرِ غَدْرِهِ أَلاَ وَلاَ غَادِرَ أَعْظَمُ غَدْرًا مِنْ أَمِيرِ عَامَّةٍ »

Setiap pengkhianat memiliki panji pada Hari Kiamat kelak sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Ingatlah, tidak ada pengkhianatan yang lebih besar dari (pengkhianatan) seorang pemimpin masyarakat (HR Muslim).

Wahai Kaum Muslim:

Fakta-fakta yang ada di depan kita telah jelas sekali menunjukkan bahwa sistem politik demokrasi sebagai bagian dari ideologi Kapitalisme hanya melahirkan para politisi dan politik yang mengabdi pada kepentingan politik politisi, kelompoknya dan para pemilik modal bahkan pihak-pihak asing. Sebaliknya, Islam–yang kita telah bersaksi untuk menjadi Muslim secara total saat kita mengucapkan dua kalimah syahadat–telah memberikan tuntunan, aturan dan sistem yang menjamin para pejabat, pemimpin dan politisi akan senantiasa memperhatikan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Lebih dari itu, Allah menjamin bahwa Islam yang Dia turunkan untuk menjadi pedoman hidup kita akan memberikan kehidupan dan kerahmatan bagi seluruh alam. Karena itu, sudah saatnya dan sudah mendesak bagi kita untuk meninggalkan sistem politik sekular demokrasi, kemudian menggantinya dengan sistem Islam yang telah Allah SWT turunkan.

]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ[

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian pada suatu yang member kalian kehidupan (QS al-ANfal [8]: 24).

WalLâh a’lam bi ash-shawâb. [] 
http://akhmadyusuf.blogspot.com/

ISRAEL BRUTAL: AS MENDUKUNG, PENGUASA MUSLIM HANYA MENGECAM

ISRAEL BRUTAL: AS MENDUKUNG, PENGUASA MUSLIM HANYA MENGECAM

[Al-Islam 509] BRUTAL! Untuk ke sekian kalinya, dunia disuguhi tontonan kebiadaban Yahudi-Israel. Israel secara brutal menembaki rombongan relawan dari berbagai negara yang diangkut sembilan kapal. Kapal tersebut membawa setidaknya 10,000 ton bantuan dan 750 aktivis. Turut serta dalam armada ini 44 pejabat pemerintah, anggota parlemen dan aktivis politik Eropa dan Arab, termasuk sepuluh anggota parlemen Aljazair. Armada ini membawa bantuan untuk penduduk Gaza yang lama menderita, apalagi sejak Israel membombardir wilayah tersebut awal 2009 dan terus memblokadenya hingga hari ini.

Para relawan itu dihadang, sebagiannya (tidak kurang dari 19 orang) bahkan dibunuh di atas kapal yang membawanya. Tentara dan penguasa Israel benar-benar telah mengunci rapat mata, telinga, akal dan hatinya; tidak peduli bahwa relawan yang berlayar menuju Gaza itu dalam rangka misi kemanusiaan. Pasalnya, Israel tidak menghendaki terbukanya blokade atas Gaza. Selain 19 korban tewas, "Sejauh ini, 83 telah ditahan, 25 di antaranya telah sepakat untuk dideportasi. Sisanya akan dipenjara." Demikian kata Jurubicara Kepolisian Israel Sabine Hadad seperti dilansir AFP, Selasa (1/6/2010). Hadad mengatakan, Kepolisian Israel masih akan melakukan penangkapan terhadap ratusan relawan lainnya.

Hampir dua tahun penduduk Gaza menderita akibat blokade Israel. Perbuatan semena-mena tersebut mengakibatkan terputusnya pasokan pangan dan obat-obatan dari luar. Gaza memang sangat bergantung pada impor makanan dan obat-obatan dari luar negeri. Israel juga memperketat penjagaan perbatasan. Israel bahkan menghancurkan Terowongan Gaza yang mensuplai kebutuhan pangan penduduk Gaza. Akhirnya, banyak yang menderita sakit dan kelaparan. Persediaan obat-obatan juga tidak ada. Israel benar-benar menghendaki kematian perlahan bagi penduduk Gaza.


Dukungan Total AS

Berbagai kecaman–hanya sekadar kecaman–mengalir. Namun, seperti biasa, kecaman itu segera lenyap ditelan waktu. Israel pun tetap dengan pongahnya mempertontonkan kebrutalannya. PBB yang katanya berfungsi sebagai penjaga perdamaian dunia hanya membisu menyaksikan kebiadaban Israel atas bangsa Palestina yang sudah berlangsung puluhan, bahkan ratusan kali. Amerika Serikat (AS), yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB, tak pernah absen mendukung setiap kebrutalan Israel, baik secara langsung maupun lewat upaya memveto (menggagalkan) setiap resolusi PBB yang merugikan Israel.

AS memang mengecam serangan Israel kali ini, sebagaimana dinyatakan Jurubicara Gedung Putih William Burton (Reuters, 31/5). Namun, dunia pun tahu, itu hanyalah sikap sandiwara AS. Faktanya, AS mendukung penuh setiap tindakan Israel. Bahkan senjata-senjata yang saat ini dipakai untuk membunuhi para relawan adalah senjata-senjata yang dibeli dengan dolar bantuan dari AS. Tahun ini AS bahkan berencana menaikkan bantuan anggaran militer untuk Israel hingga 6 miliar dolar AS pertahun. Ini seperti yang diungkap Wapres AS Joe Biden ketika berceramah di Universitas Tel Aviv. Wapres AS Joe Biden pun telah menjanjikan dukungan penuh Washington terhadap Zionis-Israel. Saat mengadakan pembicaraan terpisah dengan Netanyahu dan Presiden Shimon Peres, Biden menegaskan dukungan total dan absolut Washington (AS) terhadap keamanan Israel (Hidayatullah.com, 22/3/2010).

Menlu AS Hillary Clinton (yang tentu mewakili pemerintahan Obama), dalam kutipan pidatonya di depan konvensi tahunan Komisi Urusan Hubungan AS-Israel–yang dikenal dengan sebutan AIPAC, sebuah lobi kuat yang pro-Israel–di Washington, Senin (22/3) juga meyakinkan Israel, bahwa komitmen AS terhadap keamanan Israel masih “tetap kuat.” (Voanews.com, 22/3/2010).

Kongres AS bahkan menyetujui usulan Presiden Barack Obama untuk mendanai pembangunan Kubah Besi–sistem pertahanan antiroket–milik Israel. Pemungutan suara di Kongres yang digelar pada Kamis (20/5), sebanyak 410 suara mendukung usulan itu dan empat suara menolak. Dengan hasil voting mayoritas ini, dana 205 juta dolar AS sepakat untuk dikucurkan ke Israel. Ini sekaligus membuktikan bahwa pemerintahan AS di bawah Obama tidak ada bedanya dengan pemerintahan AS di bawah George W. Bush dan presiden-presiden AS sebelumnya, yang mendukung penuh Israel. Istilah ”soft power” cuma menjadi ‘gincu’ diplomasi Obama untuk mengelabui Dunia Islam agar tetap berada dalam cengkeraman kepentingan global AS dan lumpuh di hadapan Israel yang biadab.

Penguasa Muslim Hanya Mengecam

Para penguasa dan pemimpin Muslim mengecam tindakan biadab Israel, dalam hal ini terhadap armada kapal yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza ini. “Kami mengutuk kejahatan ini…Setiap orang harus mengutuk tindakan Israel ini," kata Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa, kepada AFP (31/5). Mousa lebih lanjut mengatakan, bahwa 22 anggota Liga Arab saat ini sedang ‘memikirkan’ langkah selanjutnya terhadap Israel.

Pimpinan Otoritas Palestina Mahmud Abbas pun mengecam serangan Israel itu dengan menyebutnya sebagai pembantaian. Perdana Menteri Libanon, Saad Hariri, juga mengutuk serangan mematikan Israel tersebut yang ia sebut sebagai tindakan yang berbahaya dan gila (31/5). Pemerintah Indonesia pun, melalui Menlu Marty Natalegawa, turut mengecam tindakan Israel ini (Antara, 31/5).

Namun, lagi-lagi para penguasara Arab-Muslim itu hanya mengecam, tidak pernah melakukan langkah nyata, misalnya dengan mengirimkan pasukan dari masing-masing negara mereka untuk melawan kebiadaban Israel. Padahal sudah nyata dan jelas, bangsa ‘kera’ (Yahudi-Israel) ini tidak pernah mengenal bahasa kecaman dan kutukan. Yang paling menyakitkan, penguasa Mesir, Husni Mubarak, tetap enggan membuka satu-satunya pintu masuk ke Gaza, yakni pintu Rafah yang berada dalam kekuasaan Mesir. Rezim Mesir itu tetap tuli dan diam seribu bahasa, sembari dengan tenang dan santainya menyaksikan warga Gaza mati secara perlahan karena blokade dan kekejian Israel.

Perlu dicatat, kepengecutan sikap pemerintah Mesir tidak cukup sampai di sini. Rezim Mesir bahkan meledakkan beberapa terowongan–yang jumlahnya berkisar mulai dari puluhan hingga ratusan–yang menjadi satu-satunya “penghubung” warga Gaza dengan dunia luar. Tindakan keji mereka ini telah memakan korban puluhan pekerja yang sedang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengais sesuap nasi (28/4). Hanya demi alasan kemanan nasional, rezim Mesir enggan memberi akses keluar bagi warga Gaza yang diblokade. Anehnya, pada saat yang sama, rezim Mesir memberikan jalan bagai pesawat-pesawat Israel untuk berkeliaran di perbatasannya, yang nyata-nyata sebelumnya telah menyerang tentara Mesir. Bahkan Mesir selalu memohon izin kepada Israel untuk menambah prajuritnya, sekalipun hanya seorang, untuk ditempatkan di perbatasan. Tampak sekali rezim Mesir bertindak sebagai antek Yahudi-Israel dan AS.


Wahai kaum Muslim:

Belum cukup buktikah bahwa Yahudi-Israel adalah penjahat perang? Belum cukup jelaskah bahwa Amerika Serikat (AS) selalu mendukung setiap kekejian dan kebiadaban Yahudi-Israel atas kaum Muslim di Palestina? Belum cukup terangkah bahwa para penguasa Muslim selama ini membiarkan begitu saja–bahkan memfasilitasi–setiap tindakan biadab dan brutal Israel atas bangsa Palestina?


Wahai kaum Muslim:

Sesungguhnya metode membela Palestina saat ini adalah dengan cara memaksa para penguasa Muslim agar memobilisasi pasukan mereka untuk berjihad. Sebab, Allah SWT telah berfirman:

]قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ [

Perangilah mereka (orang-orang kafir), niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian dan menghinakan mereka (QS at-Taubah [9]: 14).

Allah SWT telah mengecam siapapun yang mengabaikan panggilan jihad ini:

]إِلا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا[

Jika kalian tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kalian dengan siksaan yang pedih (QS at-Taubah [9]: 39).

Wahai kaum Muslim:

Kekejian dan kebrutalan Yahudi Israel sesungguhnya akan terus berulang. Karena itu, umat ini jelas membutuhkan sebuah institusi negara yang kuat, yang bisa menggabungkan seluruh potensi umat Islam; yakni potensi wilayah yang luas, sumber daya manusia dan tentara yang banyak, sumber daya alam yang melimpah serta–yang lebih penting–sumber ideologi yang sahih dan kokoh. Institusi negara yang kuat dan bisa menyatukan semua potensi itu tidak lain adalah Khilafah Islamiyah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah.

Khilafahlah yang pasti akan mampu membebaskan Palestina dan menghancurkan institusi Yahudi sekaligus pelindung dan ‘induk semang’-nya, yakni Amerika Serikat. Tanpa adanya institusi negara yang kuat (super power) yang mewujud dalam Negara Khilafah, maka masalah Palestina dan seluruh persoalan yang menimpa umat Islam di seluruh dunia tak akan pernah terselesaikan.

Sebagaimana Khilafah pada masa lalu bisa menjadi pelayan, pengayom dan pelindung umat Islam dari rongrongan dan serangan bangsa-bangsa kafir selama berabad-abad, maka Khilafah pula saat ini dan ke depan yang bisa melakukan hal yang sama. Hanya Khilafahlah yang bisa menghadapi Israel, AS dan sekutu-sekutunyanya, sekaligus membersihkan antek-antek mereka dari seluruh negeri kaum Muslim. Khilafahlah yang akan memimpin dan mengkomandoi 1,5 miliar kaum Muslim di seluruh dunia untuk berjihad. Khilafahlah yang akan melindungi dan mempertahankan seluruh wilayah dan tanah kaum Muslim. Rasulullah saw. telah bersabda:

إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَراَئِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah laksana perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya (HR Muslim).

Sungguh, sekiranya umat ini sadar dan fokus mengembalikan keberadaan Khilafah yang bakal menjadi solusi final atas tragedi Palestina maupun tragedi-tragedi di Dunia Islam lainya, tentu masalahnya tidak akan berlarut-larut seperti saat ini. Karena itu, jangan sekali-kali ragu untuk mendukung para pejuang Khilafah, sekaligus berjuang bersama mereka untuk mewujudkannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, sambutlah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian untuk menuju sesuatu yang menghidupkan kalian (QS al-Anfal [8]: 24). [] 

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Tips Untuk merajut Kebahagiaan setiap hari

Tips Untuk merajut Kebahagiaan setiap hari

Sobat, banyak orang ingin mendapatkan kebahagiaan tapi sering juga tersamar dengan apa yang dikatakan kesenangan. Padahal seringkali kesenangan semata berujung pada penyesalan yang mendalam. Kebahagiaan itu jalannya hanya satu yaitu kebenaran dan kebenaran itu hanya dapat kita peroleh dengan hanya menjalankan Aturan Allah SWT. Ibnul Qayyim dalam Madarij as-salikhin menegaskan bahwa orang yang berhasrat untuk mendapatkan kebahagiaan abadi hendaknya senantiasa berada di gerbang ibadah dan di jalan-Nya. Kewalian hanya bisa diraih dengan menaati Allah SWT. Para Wali Allah tidak memiliki nasab. Sebab, nasabnya mereka adalah Laa Ilaha illallah muhammadur rasulullah. Oleh sebab itulah mereka selalu mengucapkan,

“ Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan.” (TQS. Al-Fatihah(1) : 5 )

Rumah mereka adalah Masjid, Tongkat yang menjadi sandaran mereka adalah Laa haula wala quwwata illa billah. Tameng yang selalu mereka pakai dalam perjuangan adalah Hasbunallah wa ni’mal wakil. Selendang mereka adalah kesabaran. Imam mereka adalah Nabi Muhammad Saw. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari mereka para waliyullah.

Sobat , kira-kira apa yang bisa kita lakukan atau hal-hal apa yang membuat kita hidup bahagia setiap hari? Tentunya tips berikut ini harus dilandasi Iman dan ketaatan kita kepada-Nya serta menjadikan syariat-Nya sebagai tolok ukur perbuatan kita.

Daftar tips berikut ini diambil dari tulisan Mas Joko Susilo semoga bisa menjadi pengingat kita bersama sebagai upaya agar selalu berbahagia setiap hari.


1. Bangun pagi-pagi. Bangun lebih awal dan berjanjilah untuk merayakan hari ini dengan tidak menyia-nyiakannya sedetikpun. Lihat cahaya mentari yang menyingsing di ujung timur sana. Seperti itu juga semangat bersinar di dada anda.

2. Nikmati makan. Jangan tergesa-gesa. Cobalah sekali ini gigit dan kunyah pelah-pelan makanan anda. Dari tiap kunyahannya, rasakan betapa enak rasanya. Nikmat sekali bukan?

3. ACTION-kan niat anda. Punya niat sekian lama yang tak kunjung terlaksana? ACTION-kan sekarang! Mungkin anda hendak mengunjungi sanak saudara yang sudah lama tak bersua; atau mungkin sudah lama berniat ingin mengajak jalan-jalan keluarga, ACTION-kan sekarang.

4. Belajar positive thinking. Kalau anda rasa terlalu banyak dibelenggu oleh pikiran negatif, mulai sekarang coba belajarlah ber-positive thinking. Perasaaan kalau anda tidak bisa atau sering bersikap menyalahkan misal, gantilah dengan sisi positif. Perbanyak isi pikiran dengan solusi, solusi dan solusi. Kuatkan dengan kata-kata motivasi.

5. Waktu jatuh cinta. Ingat bagaimana rasanya waktu anda jatuh cinta pertama kali pada pasangan anda? Coba ingat dan rasakan kembali… anda pasti jadi senyum-senyum sendiri.

6. Tenanglah. Kalau tiap harinya biasanya anda diburu waktu, cobalah hari ini anda rileks. Hirup napas dalam-dalam. Lakukan apa yang anda suka dengan santai, tanpa ada lagi yang dirasa mengejar-ngejar anda.

7. Tatap wajah anak-anak anda. Meski mungkin sekarang mereka sudah gede, coba sempatkan tatap wajah mereka dalam-dalam. Ingat bagaimana waktu mereka kecil, waktu mereka cium tangan pamit berangkat sekolah, saat mereka bisa berjalan pertama kali, dan momen-momen bahagia lainnya. Pasti anda akan teramat bersyukur dapat melihat pertumbuhan anak-anak anda dari kecil sampai besar seperti sekarang ini.

8. Berbagilah. Temui orang-orang yang tak seberuntung anda. Cobalah bicara dengan mereka. Cari tahu bagaimana kehidupan sehari-hari mereka. Serta berbagilah dengan mereka. Anda pasti akan sangat bersyukur dengan keadaan anda sekarang.

9. Belajar hal baru. Punya waktu luang lumayan panjang? Cobalah cari kegiatan baru yang bisa menambah keahlian anda. Bukan buat gagah-gagahan atau apa, tapi sebab anda memang dianugerahi kemampuan untuk terus meningkatkan diri.

10. Cium tangan orangtua anda. Ingat betapa besar pengorbanan orangtua anda selama ini. Sedari anda kecil sampai tumbuh dewasa seperti sekarang. Bersyukurlah memiliki orangtua yang mencurahkan segenap rasa cinta dan kasih sayangnya pada anda. Tidak ada yang memiliki cinta sebesar mereka pada anda.

11. Temui orang yang lebih tua. Selain orangtua anda pastinya, temui juga orang-orang yang lebih tua dari anda seperti guru anda misal. Silaturahmi yang anda jalin pasti akan bermanfaat besar. Anda bisa belajar banyak dari mereka.

12. Tertawalah. Ingat kapan terakhir kali anda tertawa? Mungkin gara-gara kesibukan anda yang luar biasa dahsyat, anda bahkan sampai tak sempat untuk tersenyum. Coba cari bacaan atau tontonan yang bisa melemaskan urat syaraf anda dan TERTAWALAH lepas.

13. Lakukan yang anda suka. Apa hobi anda? Apa kesukaan anda? Ayo lakukan sekarang. Anda sudah lama tidak melakukannya kan?

14. Istirahat cukup. Agar anda punya energi cukup untuk menjalani hari anda yang menyenangkan, istirahatlah yang cukup. Ketika waktu tidur tiba, bergegaslah tempat tidur.

15. Sapa. Bersikaplah ramah. Sapa orang yang anda temui. Iringi dengan senyuman. Kenalan. Perluas lingkungan sosialiasi anda. Perbanyak teman. Banyak teman, banyak rejeki!

16. Senyumlah. Jangan malu-malu, senyumlah. Senyum membawa energi positif.Beri maaf. Beri maaf orang yang berbuat salah pada anda. Jangan buat hidup anda terbebani oleh dendam.

17. Habis gelap pasti terang. Dalam hidup pasti ada hal-hal yang tak anda inginkan menghampiri kehidupan anda. Mungkin baru saja anda kehilangan pekerjaan anda, atau bisnis anda sedang suram, atau mungkin anda kehilangan orang terkasih. Belajarlah untuk menerimanya. Ini bagian dari hidup. Ikhlaskan. Selepas itu, kembali tegaklah berdiri. ACTION harus terus berlanjut!

18. Doa. Panjatkan doa sepenuh hati. Segala macam ujian yang anda hadapi, serahkanlah pada-Nya. Tuhan tidak pernah tidur…

Sama sekali tidak ada niat saya untuk menggurui anda semua. Tips di atas dimaksudkan sebagai pengingat kita bersama. Silakan anda kurangi atau tambahkan sesuai kecocokan hati anda. Tips lain boleh juga anda tambahkan dalam kotak komentar di bawah agar kita bisa belajar bersama untuk selalu hidup bahagia.

Sobat, kapan waktu untuk bersenang-senang? Kapan waktu untuk makan dan minum? Kapan waktu untuk bermain dan bercanda ? Kapan waktu-waktu itu tiba? Wahai orang yang ridho Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad Saw sebagai nabinya, atas nama Allah, isilah waktu kita dengan perbuatan yang bermanfaat di sisi Allah, agar Allah menutup usia kita dengan kebaikan.

Salam Dahsyat dan Luar Biasa!
Salam SuksesMulia!

( Spiritual Motivator – N.Faqih Syarif H, penulis buku Al Quwwah ar ruhiyah Kekuatan Spirit Tanpa Batas dan Bila Jatuh bangunlah! www.cahayaislam.com atau www.fikrul mustanir.blogspot.com ) 

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Sabtu, 29 Mei 2010

Kerajaankah Pemerintahan Pasca Khulafaur Rasyidin?

USTADZ MENJAWAB DARI DAKWAHKAMPUS.COM


 
 
Assalamualaikum www. Ust saya mau tanya. Apakah benar yang dituduhkan bahwa pasca Khualfaur Rasyidin itu, Pemerintahan Islam sudah berubah menjadi Kerajaan?
Jawab:
Sebagian orang berkesimpulan seperti itu karena ada isyarat yang dinyatakan dalam hadis riwayat Ahmad:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ e وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ e فِي الأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ.
An-Nu’man bin Basyir berkata: Kami pernah duduk-duduk di dalam masjid bersama Rasulullah saw., kemudian Basyir menahan pembacaan hadisnya. Lalu datanglah Abu Tsa’labah al-Khusyani dan berkata, “Wahai Basyir bin Sa’d, apakah kamu hapal hadis Rasulullah saw. berkenaan dengan Umara’. (para pemimpin)?” Kemudian Hudzaifah berkata, “Aku hapal khutbah beliau.” Abu Tsa’labah pun duduk, kemudian Hudzaifah berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya.  Kemudian berlangsung Kekhilafahan menurut sistem Kenabian selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian berlangsung kerajaan yang bengis selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya.  Kemudian berlangsung pemerintahan yang menindas (diktator) selama kurun waktu tertentu yang Allah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengakhirinya. Kemudian akan berelangsung kembali Kekahalifahan menurut sistem Kenabian.  Kemudian beliau berhenti.’”

Dari pernyataan Nabi saw. yang menyatakan akan adanya mulkan ‘addhan (kerajaan yang bengis), mereka berkesimpulan, bahwa periode ini berlangsung sejak Muawiyah berkuasa. Hadis ini pula yang dijadikan sebagai justifikasi, bahwa Muawiyahlah yang mengubah sistem Khilafah menjadi sistem kerajaan (monarchi). Pertanyaannya, apakah memang benar demikian?
Tentu tidak demikian. Sebab, apa yang dinyatakan dalam hadis-hadis tersebut sebenarnya tidak bertentangan dengan status Khilafah tetap sebagai sistem pemerintahan hingga akhir Kekhilafahan Utsmani. Muawiyah sendiri dibaiat untuk menduduki jabatan khalifah sebagaimana khalifah yang lain. Meski tetap tidak bisa dipungkiri, bahwa peristiwa Perang Shiffin, hingga naiknya Muawiyyah adalah fase abnormal, karena status pemerintahannya merupakan hukm at-tasalluth (pemerintah yang diperoleh melalui kudeta). Dari segi fakta, bahwa ini merupakan kesalahan, jelas. Karenanya, pada fase ini, status pemerintahannya tidak sah, memang benar.
Namun, setelah peristiwa ‘Am al-Jama’ah (Tahun Rekonsiliasi), yaitu ketika Sayidina Hasan bin Ali ra.  menyatakan mundur dari jabatannya sebagai khalifah pada 25 Rabiul Awwal 41 H, atau 6 bulan setelah wafatnya Imam Ali kw., maka status hukumnya berbeda. Peristiwa ‘Am al-Jama’ah adalah peristiwa saat Sayidina Hasan menyerahkan kekuasaan (Khilafah) kepada Muawiyah. Dengan begitu terjadilah rekonsialisasi (ishlah) dan kekuasaan Muawiyah yang asalnya tidak sah pun akhirnya menjadi sah. Setelah peristiwa itu, Muawiyah secara resmi menjadi khalifah kaum Muslim yang kelima, yang dibaiat dengan baiat yang sah, yaitu bi ar-ridha wa al-ikhtiyar (dengan sukarela).
Karena itu, al-‘Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menyimpulkan, bahwa Muawiyah adalah khalifah yang dibaiat sebagaimana pembaiatan Abu Bakar as-Shiddiq. Demikian juga penunjukkan yang dilakukan oleh Muawiyah kepada anaknya, Yazid, menurut beliau, sebenarnya sama dengan penunjukan yang dilakukan oleh Abu Bakar kepada Umar. Meski tidak sama persis, keduanya sama-sama melakukan penunjukan. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh para khalifah setelahnya, yaitu melakukan penunjukan putra mahkota, kemudian setelahnya dibaiat.
Bedanya, mekanisme dan tatacara penunjukan dan baiatnya tidak tepat. Abu Bakar menunjuk Umar bukan karena faktor kekerabatan, tetapi karena, dalam pandangan Khalifah Abu Bakar, beliaulah orang yang paling layak dan tepat untuk memimpin kaum Muslim. Setelah itu, beliau pun menyampaikan pandangan beliau kepada kaum Muslim. Baru kemudian beliau ditunjuk setelah mayoritas kaum Muslim setuju dengan pandangan beliau. Dengan begitu, status penunjukan beliau kepada Umar ini sama dengan praktik pencalonan dan pemilihan. Setelah itu, mereka pun dibiarkan memilih dan membaiat Umar dengan sukarela, tidak ada paksaan dari siapapun.
Namun, Muawiyah menunjuk anaknya, Yazid, sebagai putra mahkota, sedangkan para khalifah setelahnya menunjuk kerabatnya sebagai putra mahkota. Pada saat yang sama, Yazid pun mengambil baiat dari kaum Muslim bukan dengan sukarela, melainkan dengan kekuatan senjata dan paksaan, sehingga disebut oleh ahli sejarah dengan bai’at bi as-sayf wa al-mal (baiat yang diambil dengan pedang dan uang). Tidak sedikit Khalifah setelahnya mengambil baiat untuk diri mereka sendiri dengan kekuatan kekuasaan yang dimilikinya.
Karena itu, jika pertanyaannya, apakah sistem ini masih layak disebut sistem Khilafah? Jawabanya, tetap layak, karena tidak ada yang berubah dalam sistem tersebut. Kesalahan-kesalahan dalam praktik penunjukan dan baiat tersebut tidak bisa mengubah status sistem Khilafah menjadi sistem kerajaan atau yang lain. Juga harus dipahami, bahwa kesalahan-kesalahan seperti ini juga lazim terjadi dalam praktik sistem apapun, tetapi tetap tidak mengubah status sistem itu. Sebab, di sana ada faktor manusia;  pelaksana sistem tersebut adalah manusia, bukan malaikat. Karena itu, negara Khilafah adalah negara manusia (dawlah basyariyyah), bukan dawlah uluhiyyah (negara teokrasi), yakni para penguasanya adalah manusia, bukan malaikat, bukan wakil tuhan atau dalam bahasa kekaisaran disebut titisan dewa. Dengan demikian, sistem pemerintahan dalam sepanjang sejarah Islam tetap merupakan sistem Khilafah. Itulah fakta hukum dan sejarah yang harus dipahami oleh kaum Muslim.
Adapun apa yang dituduhkan oleh kaum kafir penjajah yang bekerjasama dengan para orientalis, bahwa sistem Khilafah itu telah berakhir pada zaman Sayidina Ali, itu menunjukkan ketidakpahaman mereka tentang fakta sistem pemerintahan Islam yang sesungguhnya. Celakanya, ada orang yang diklaim sebagai intelektual Muslim berpandangan dangkal seperti mereka.


http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Kamis, 13 Mei 2010

Ideologi dan Kebangkitan

Ideologi dan Kebangkitan
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional sudah menjadi rutinitas yang sering kita lakukan pada 20 Mei setiap tahunnya. Seperti biasa, rutinitas ini diisi dengan acara yang formalitas tanpa ruh, plus pidato basa-basi tentang kebangkitan. Kalau dihitung-hitung mulai dari berdirinya Boedi Oetomo (20 mei 1908) hingga saat ini berarti sudah 102 tahun berlalu. Pertanyaan kritisnya, sudahkah kita bangkit?

Alih-alih bangkit, kehidupan kenegaraan dan nasib rakyat kita malah semakin terpuruk. Tidak mengherankan kalau begitu banyak julukan ‘hitam’ untuk negeri ini. Ada yang mengatakan the failed state (negara gagal), ‘vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), negara biadab dan julukan-julukan menyedihkan lainnya.

Secara emosional kita mungkin marah dijuluki seperti itu, tetapi kenyataan memang menunjukkan seperti itu. Kasus terakhir lihatlah markus (makelar kasus) perpajakan. Kejahatan yang dilakukan—sebagaimana dalam kasus Century—sistematis. Kejahatan ini juga melibatkan hampir seluruh penegak hukum; mulai dari kepolisian, kehakiman, jaksa hingga pengacara. Bayangkan kalau penegak hukumnya malah menjadi pelanggar hukum, siapa lagi yang bisa kita harapkan?

Secara ekonomi, Pemerintah bisa saja mengklaim angka pertumbuhan ekonomi tinggi, neraca perdagangan positif, rupiah menguat, ekspor meningkat, pengangguran berkurang, dan sejumlah klaim lainnya.

Namun, lihatlah kenyataan sesungguhnya di tengah-tengah rakyat kita. Kemiskinan di mana-mana tumbuh meningkat. Rakyat banyak yang hidupnya tak layak, bahkan untuk makan pun susah. Busung lapar terjadi di beberapa tempat. Biaya kesehatan makin meningkat tidak terjangkau. Rakyat kecil harus bisa menahan sakit karena tak mampu berobat. Pendidikan pun semakin mahal sekaligus tidak bermutu dan tidak menjamin seseorang meraih pekerjaan apalagi gaji yang layak.

Bukti kongkrit kondisi ini, lihatlah di jalan-jalan. Anak-anak jalanan dan pengemis semakin tumbuh subur. Jumlah orang gila di jalanan makin bertambah karena tidak mampu menahan beban hidup yang berat dan kompleks. Masyarakat kita menjadi masyarakat yang sakit. Tidak sekali-dua kali kita mendengar dan menyaksikan ibu membunuh anaknya, suami membakar istrinya, anak membunuh orang tuanya. Semuanya biasanya berpangkal pada kesulitan hidup.

Kesenjangan pun semakin menjadi-jadi. Saat orang miskin kesulitan makan untuk sehari-hari, pedagang mendapat lima ribu rupiah saja sulit, ada yang dengan tega mempertontonkan kekayaannya dengan acara pernikahan yang super mewah mencapai miliaran rupiah; ada yang tega mempertontonkan korupsinya hingga miliaran rupiah. Para pejabat dan politisi pun memamerkan kerukusannya dengan biaya anggaran bagi pejabat yang tidak masuk akal.

Ada yang mengatakan kita tidak bangkit-bangkit karena sejak awal penetapan Hari Kebangkitan kita telah cacat secara sejarah. Banyak yang mempertanyakan; layakkah Boedi Oetomo (berdiri 20 mei 1908) menjadi pelopor kebangkitan nasional? Pasalnya, Boedi Oetomo tidak lebih dari kumpulan priyayi Jawa yang beraktivitas untuk kepentingan kelompoknya, bukan untuk rakyat banyak. Bahkan keanggotaannya khusus untuk orang Jawa dan Madura.

Syarikat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam (SI) yang berdiri tahun 16 Oktober 1905 (3 tahun lebih awal) sebenarnya pantas, mengingat tujuannya untuk membangkitkan rakyat miskin kebanyakan, melawan dominasi kolonial terutama di bidang ekonomi. Organisasi yang didirikan Haji Samanhudi dan HOS Tjokroaminoto mencita-citakan kemerdekaan Islam Raya dan Indonesia Raya. Tidak hanya itu, Syarikat Islam bersikap non-kooperatif dan anti terhadap penjajahan kolonial Belanda. Sebaliknya, Boedi Oetomo menggalang kerjasama dengan penjajah Belanda karena sebagian besar tokoh-tokohnya terdiri dari kaum priyayi pegawai pemerintah kolonial Belanda.

Namun tentu saja ada hal yang lebih mendasar mengapa kita tidak bangkit-bangkit. Ada dua kemungkinan jawabannya. Pertama: Kita tidak tahu persis bagaimana cara bangkit. Kita melupakan ideologi sebagai dasar kebangkitan. Padahal kebangkitan mutlak didasarkan pada ideologi. Ideologi merupakan dasar (fondasi) yang akan menentukan pemikiran-pemikiran dan aturan yang lahir darinya. Bagaimana corak dan substansi dari sistem politik, ekonomi, sosial, pendidikan sebuah negara ditentukan oleh ideologinya. Karena itu, dasar kebangkitan yang utama bukanlah ekonomi atau pendidikan, karena ekonomi atau pendidikan merupakan pemikiran turunan dari dari sebuah ideologi, bukan pemikiran mendasar.

Ideologi juga menjadi pandangan hidup yang akan mengarahkan cara berpikir dan bertindak manusia.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mendefinisikan fakta ideologi ini secara tepat dengan menggunakan istilah mabda’. Menurut beliau, mabda’ adalah suatu ‘aqidah aqliyyah yang melahirkan peraturan’; mabda’ adalah ide dasar yang menyeluruh mengenai alam semesta, manusia dan hidup (sebagai sebuah pandangan hidup). Mabda’ terdiri dari dua bagian, yaitu fikrah (pemikiran) dan thariqah (metode praktis untuk merealisasikan fikrah).

Jawaban kedua, kita gagal bangkit karena kita telah keliru merumuskan ideologi apa yang seharusnya menjadi dasar kehidupan bernegara kita. Di era Soekarno, diakui atau tidak, ideologi kita telah banyak dipengaruhi Sosialisme. Di era Soeharto hingga SBY sekarang negara kita diarahkan oleh ideologi Kapitalisme. Kedua-duanya terbukti gagal. Bukti kongkritnya adalah apa yang kita dapat sekarang ini.

Tentu sangat merugikan kalau kita kembali pada Sosialisme yang telah gagal atau kita ngotot mempertahankan Kapitalisme yang justru menjadi pangkal berbagai masalah dan bencana di negeri ini. Kedua ideologi ini gagal karena sesungguhya tidak sejalan dengan akal sehat manusia dan bertentangan dengan fitrah.

Gambaran kegagalan Kapitalisme ini secara akurat ditulis Moris Berman (63 tahun) dalam bukunya, Dark Ages America: The Final Phase of Empire (Norton, 2006). Menurut dia, imperium Amerika segera akan rubuh. Ia mendeskripsikan Amerika sebagai sebuah kultur dan emosional yang rusak oleh peperangan, menderita karena kematian spiritual dan dengan intensif mengeskpor nilai-nilai palsunya ke seluruh dunia dengan menggunakan senjata. Republik yang berubah menjadi imperium itu berada di dalam zaman kegelapan baru dan menuju rubuh sebagaimana dialami Kekaisaran Romawi.

Walhasil, pilihan kita dan umat manusia sekarang tinggal satu: ideologi Islam. Inilah ideologi yang sesuai dengan akal sehat serta fitrah manusia. Ideologi ini bersumber dari Allah SWT. Islamlah yang akan membawa kebangkitan, bukan hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia. Masihkah kita menolaknya? [Farid Wadjdi] 

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Mencari Cinta yang hakiki

Mencari Cinta yang hakiki
Kata pengantar buku kedua Abay Abu Hamzah

Alhamdulillah saya berkesempatan kali kedua untuk membaca karya Abay Abu Hamzah setelah buku pertamanya “ Menggenggam Bara Islam” kali ini buku keduanya juga tidak kalah menariknya untuk kita baca sebagai inspirasi untuk membangun semangat dakwah dengan cinta yang tulus kepada sesama. Bukankah berdakwah di jalan Allah adalah bukti kepedulian kita pada umat dan semata-mata ingin meraih dan menggapai cinta Allah SWT.
Alangkah bahagianya jika seseorang berhasil meraih dan menggapai cinta Allah SWT. Sebab, bila seseorang berhasil mendapatkan cinta Allah, maka hidupnya akan dituntun dan dibimbing oleh Allah SWT. Allah akan membimbing penglihatannya tatkala dirinya melihat; Allah akan membimbing pendengarannya, manakala ia mendengarkan. Sebaliknya, betapa menyakitkan bila kita merasa mencintai dan dicintai oleh Allah, akan tetapi cinta kita hanya bertepuk sebelah tangan. Kita merasa mendapatkan kecintaan Allah, akan tetapi sebenarnya kita tidak pernah mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.

Betapa banyak orang sibuk mengerjakan perbuatan-perbuatan tertentu untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Ada diantara manusia yang menyendiri di tengah hutan, jarang makan-minum, bahkan mandi; menjauhi anak-isterinya dan sanak keluarganya. Ia beranggapan bahwa dengan cara ini ia akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.

Kita juga menyaksikan ada diantara manusia yang melakukan ritual-ritual tertentu untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Ada yang berpuasa tiga hari tiga malam tanpa putus-putus; bahkan ada yang sampai 40 hari 40 malam. Ada pula yang sibuk membaca kalimat-kalimat dzikir, mengunjungi kuburan para nabi dan wali, membaca riwayat hidup Rasulullah Saw, dan sebagainya.


Akan tetapi, apakah dengan cara-cara seperti itu mereka akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT? Lalu, bagaimana cara kita meraih dan menggapai kecintaan dari Allah SWT; agar cinta kita tidak bertepuk sebelah tangan dan tidak hanya sebatas merasa mencintai Allah SWT, namun Allah sama sekali tidak mencintai kita.

Allah SWT telah memberikan petunjuk yang sangat jelas, bagaimana cara mendapatkan kecintaanNya. Allah SWT telah berfirman:

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).

Imam Ibnu Katsir dalam tafsir Ibnu Katsir menyatakan, “Ayat ini merupakan pembukti, ‘Siapa saja yang mengaku mencintai Allah SWT, namun ia tidak berjalan sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad Saw, maka orang tersebut hanya berdusta saja. Dirinya diakui benar-benar mencintai Allah, tatkala ia mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw, baik dalam perkataan, perbuatan, dan persetujuan beliau Saw’.” Jika teruji bahwa ia benar-benar mencintai Allah, yakni dengan cara menjalankan seluruh ajaran Muhammad Saw, maka Allah akan balas mencintai orang tersebut. Rasul Saw bersabda:

“Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan maka perbuatan itu tertolak.” [Muttafaq ‘alaihi].

Para ahli hikmah telah menyatakan, “Perkara yang hebat bukanlah kamu [merasa] mencintai Allah, akan tetapi, kalian benar-benar dicintai (oleh Allah SWT).”

Imam Hasan al-Bashriy pernah berkata, “Ada suatu kaum merasa bahwa mereka telah mencintai Allah SWT, lalu, Allah SWT menguji mereka dengan firmanNya, “Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali-Imran [3]: 31).

Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Bukankah agama ini adalah cinta dan benci karena Allah SWT?”

Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan, “Jika kalian mengikuti sunnah Rasulullah Saw, maka kalian akan mendapatkan keberkahan hidup.”

Atas dasar itu, jika kita hidup sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw, maka kita pasti akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, dan kita juga pasti akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Dari uraian Imam Ibnu Katsir di atas jelaslah bagi kita, jika seseorang ingin meraih dan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, kita mesti berbuat dan berperilaku sesuai tuntunan Islam. Jika kita berjalan sesuai dengan ajaran yang dibawa Muhammad Saw, tentu kita akan dicintai oleh Allah SWT. Sebaliknya, meskipun kita merasa mencintai dan dicintai Allah SWT, kita tidak akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT, selama tidak berjalan sesuai dengan ajaran Muhammad Saw.

Atas dasar itu, kita tidak boleh membuat tatacara atau ritual tersendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran ataupun ritual apapun yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah Saw tidak mungkin mengantarkan kita untuk meraih cinta Allah SWT. Hanya dengan menjalankan ajaran Islam secara konsisten dan konsekuen. Kita akan mendapat kecintaan dari Allah SWT.

Jelaslah kini, hanya ada satu cara untuk mendapatkan kecintaan dari Allah SWT; yaitu, selalu menjaga keimanan dan berperilaku sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw. Seorang yang mencintai Allah SWT akan berusaha dengan segenap tenaga untuk menerapkan aturan-aturan Allah SWT, baik yang berhubungan dengan masalah ekonomi, politik, dan sosial budaya.


Sayangnya, saat ini kita tidak mampu lagi menerapkan aturan-aturan Allah SWT dikarenakan tidak ada institusi yang menjaminnya. Penerapan syari’at Islam dalam bingkai negara masih jauh di atas kenyataan. Padahal, penerapan syariat Islam secara utuh dan menyeluruh merupakan bukti kecintaan kita kepada Allah, sekaligus jalan pembuka untuk meraih cinta Allah. Bagaimana kita bisa merasa dicintai Allah SWT sementara itu kita mencampakkan aturan-aturannya dan menerapkan pranata-pranata kufur? Pastinya, bukan kecintaan yang kita dapat, akan tetapi laknat dan kebencian yang akan kita sandang. Na’udzu billahi min dzaalik.

Selamat Membaca buku kedua Abay ini. Semoga menjadi amal jariah bagi penulisnya dan bermanfaat bagi umat untuk kembali menjadikan Islam sebagai pandangan hidup kita dan bersama-sama menata barisan dan kekuatan untuk tegaknya syariah dan khilafah. Allahu Akbar!!!

( Spiritual Motivator – N. Faqih Syarif H Penulis buku-buku motivasi dan pengembangan diri. Salah satunya Buku Al Quwwah ar ruhiyah Kekuatan Spirit Tanpa Batas ) 

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Hari Buruh: Menyambut Ke(tidak)sejahteraan Buruh?

Hari Buruh:
Menyambut Ke(tidak)sejahteraan Buruh?

Sudah tradisi setiap tanggal 1 Mei kaum buruh di seantero dunia menyambut datangnya Hari Buruh Internasional atau lebih dikenal May Day, tak terkecuali di Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Meskipun tahun ini hingar bingar peringatan hari buruh di Jawa Timur tidak semeriah biasanya, namun hal ini berbeda dengan peringatan serupa di tempat lainnya. Di Jakarta misalnya, belasan elemen organisasi buruh melakukan aksi long march dari Bundaran HI ke Istana Merdeka walau tak satupun pejabat menemui mereka, karena pada saat yang sama Presiden SBY dan 8 menteri KIB, termasuk Menakertrans lebih memilih memperingati hari buruh dan makan siang bersama buruh Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMI) di Kawasan Industri KIIC, Karawang (Kompas, 01/05/2010). Agenda peringatan hari buruh setiap tahunnya hampir selalu sama, yaitu menuntut adanya peningkatan kesejahteraan buruh, perbaikan pola relasi buruh dan pengusaha serta perubahan kebijakan pemerintah agar lebih memihak buruh.
Bahkan sekitar seminggu sebelumnya – walaupun ini tak terkait dengan peringatan hari buruh – sekitar 1.300 buruh PT Drydocks World Graha di Batam, Kepulauan Riau, bentrok dengan para pekerja asing di perusahaan tersebut dan merusak berbagai aset perusahaan seperti kendaraan, fasilitas produksi dan bangunan pabrik. Walhasil puluhan milyar kerugian diderita oleh perusahaan akibat peristiwa tersebut. Kendati pemicunya seputar penghinaan berbau rasial, namun banyak kalangan menilai bahwa kejadian itu sesungguhnya merupakan puncak gunung es.
Terdapat berbagai soal mendasar tentang hubungan buruh dengan majikan. Mulai dari soal kesenjangan—tidak hanya kesenjangan ekonomi, tapi juga aspek lain mulai dari fasilitas hingga jaminan sosial; kekesalan tentang kebijakan outsourcing, rendahnya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, rendahnya besaran upah sehingga sulit untuk menghidupi keluarga dengan layak, hingga soal ketidakmampuan para supervisor yang majoritas ekspatriat menjalin komunikasi dengan benar, baik, dan santun. Peristiwa itu bukan saja menampar pipi pemerintah, tapi juga nyaris menggagalkan asumsi bahwa kinerja kesejahteraan mereka yang bekerja untuk perusahaan asing—baik itu internasional, transnasional maupun multinasional—jauh lebih baik dari perusahaan nasional (www.csrindonesia.com).
Kondisi di atas merepresentasikan kondisi dunia buruh dalam sistem Kapitalis, yang memang menjadikan buruh sebagai faktor produksi yang sangat penting dan sekaligus dibatasi haknya untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Pemberlakuan sistem Upah Minimum Regional (UMR) merupakan salah satu corak khas Kapitalis untuk membatasi kesejahteraan buruh. Penghitungan UMR yang didasarkan pada survey harga barang dan kebutuhan minimum, yang lebih dikenal dengan Kecukupan Hidup Layak (KHL), hanyalah tipuan sistem Kapitalis untuk mengeksploitasi tenaga buruh demi meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Maka tak heran jika dalam sistem Kapitalis, hubungan pengusaha (majikan) dan buruh senantiasa dalam posisi berseberangan atau berkonflik. Dan tak heran pula jika majikan selalu berganti mobil, mempunyai beberapa rumah mewah dan liburan ke luar negeri, sementara hampir semua buruhnya masih belum memiliki rumah dan bahkan membeli sepeda motor pun dengan sistem kredit.
Dalam sistem Islam, hubungan buruh atau pekerja (ajir) dengan majikan (musta’jir) adalah hubungan yang didasarkan pada akad kerja (ijaroh) yang jelas dan penuh kerelaan. Jika salah satu pihak tidak rela, maka otomatis tidak terjadi akad ijaroh tersebut. Pun demikian dalam penentuan standar upah pekerja, maka didasarkan pada beberapa faktor, antara lain: a) standar gaji di pasaran pada posisi yang semisal atau relatif sama, b) manfaat yang diberikan oleh pekerja kepada majikan, baik manfaat fisik maupun jasanya, c) tingkat keahlian atau profesionalitas seorang pekerja dan d) karena sebab lainnya seperti kondisi yang berubah, baik kinerja bisnis atau kinerja pekerja. Sehingga kebutuhan hidup minimum atau yang dikenal dengan KHL tidak dijadikan dasar di dalam menentukan upah seorang buruh. Namun penetapan upah semata-mata didasarkan pada nilai manfaat yang diberikan oleh buruh kepada majikannya. Dan apabila dijumpai perselisihan antara buruh dan majikan mengenai upah, mereka harus menunjuk orang yang ahli sebagai penengah atau meminta negara menunjuk orang yang ahli sebagai pemutus urusan tersebut.
Selain persoalan upah, persoalan buruh saat ini adalah terkait dengan kebebasan berserikat, hak atas berbagai tunjangan dan jaminan kesehatan serta pendidikan. Dalam sistem Kapitalis berbagai hak tersebut termasuk tunjangan yang diberikan adalah sebagai upaya untuk menambal kebobrokan sistem agar tidak terkesan terlalu eksploitatif. Terkait dengan masalah ini pun Islam telah mempunyai penyelesaiannya. Setiap orang menurut syara’ diperbolehkan untuk berserikat, baik itu buruh maupun bukan. Sedangkan terkait dengan berbagai hak seperti uang pesiun dan kompensasi lainnya, seharusnya memang tidak dibebankan kepada majikan atau pengusaha. Karena orang-orang yang tidak mampu lagi bekerja menjadi tanggung jawab negara. Sehingga negara-lah yang bertanggung jawab secara penuh untuk memberikan santunan kepada rakyatnya. Termasuk di dalamnya adalah jaminan atas kesehatan dan pendidikan, yang juga tidak dibebankan kepada majikan, namun telah menjadi kewajiban negara sebagai bagian dari proses mengurusi urusan rakyatnya (ria’yatus syu’un al ummah).
Jika demikian, sepertinya kalimat tangisan ”….now life has killed the dream I dreamed...” seperti yang dituliskan Fantine dalam Les Miserables (1862 M) dan sering dipakai untuk menggambarkan kehidupan buruh dalam sistem Kapitalis, tidak lagi tepat untuk menggambarkan kondisi buruh dalam sistem Islam. Walhasil Islam tidak mengenal persoalan perburuhan, karena semua permasalahan terkait hubungan buruh dan majikan serta masalah kesejahteraan buruh telah dipecahkan secara tepat dalam sistem Islam, sehingga jelas mana hak dan kewajiban buruh, majikan dan juga tanggung jawab pemerintah. Oleh karena itu, ketika Islam diterapkan, sepertinya tidak relevan pula untuk tetap memperingati Hari Buruh Internasional. Kalau demikian halnya, wahai para buruh, mengapa Anda tidak ikut memperjuangkan tegaknya sistem Islam, yang akan menjamin hak dan kehidupan Anda secara lebih baik? Tentu semua itu pilihan hidup Anda dan hanya Anda yang tahu jawabannya!!
( Fajar Kurniawan - www.fikrulmustanir.blogspot.com ) 

http://akhmadyusuf.blogspot.com/

Tips Menulis Artikel yang Menarik pada Blog Anda

Tips Menulis Artikel yang Menarik pada Blog Anda


Untuk menulis artikel yang menarik, tidak sulit. Baca panduan ini:

1. Menulis dengan tulus. Jika anda menulis dengan tulus tanpa ada perasaan
terpaksa saya yakin semuanya akan berjalan mulus. Anda tidak akan
mengalami kesulitan dalam mencari kata-kata. Mengalir saja, tulis semua yang
ingin anda tulis. Blog yang bagus itu biasanya punya content asli dan ditulis
sepenuh hati. Jadi, anda bisa menulis apa saja yang anda sukai agar jiwa anda
terasa masuk dalam tulisan. Selain itu, tulisan anda tidak terkesan dipaksakan.

2. Tulis yang bermanfaat. Blog yang sukses mengerti apa yang disukai para
pembacanya. Semua orang yang mengakses blog seperti ini tidak akan pergi
dengan tangan hampa. Mereka punya hal baru yang bermanfaat dan setiap
pengunjung bisa menerapkan manfaat ini untuk kepentingan mereka. Jadi, kita
harus menulis sesuatu yang berguna untuk orang lain. Berikan informasi yang
anda punya untuk semua pengunjung. Agar, pengunjung tidak merasa sia-sia
telah datang ke blog anda.

3. Cari solusi untuk masalah orang lain. Pertama kali sebelum mencoba
memecahkan masalah orang lain, anda mesti tahu betul siapa saja pembaca
anda. Jadi anda bisa menganalisis kesulitan apa saja yang biasa mereka
hadapi. Nah, selanjutnya anda bisa membantu mereka menemukan solusi yang
tepat untuk masalah itu. Tapi jika anda belum punya pembaca (biasanya
dialami blogger baru) anda bisa membaca blog lain yang punya target
pembaca yang sama dengan anda dulu. Sebut saja ini blog reference anda.
Jika anda benar-benar blank tidak punya ide untuk menawarkan solusi pada
pengunjung. Coba saja pelajari masalah-masalah yang biasa diutarakan
pengunjung blog reference anda. Biasanya di bagian komentar pengunjung
suka mencurahkan masalah-masalah mereka. Kemudian anda tulis pemecahan
masalah mereka itu menurut versi anda sendiri.

4. Jangan cuma menulis tentang diri sendiri. Jika anda terlalu banyak
menulis tentang diri anda, nanti malah banyak pengunjung yang tidak suka.
Mereka akan mengira anda bikin blog hanya karena ingin pamer. Gawat bukan
kalau sudah begini? Apa anda pernah menemui blog yang isinya seperti buku
harian? Saya kira banyak juga ya jumlahnya. Dan sepertinya model blog curhat
seperti ini tidak banyak disukai pengunjung. Kecuali kalau isi tulisan mereka
mengandung banyak informasi yang berguna buat pengunjung. Bukan cuma
menulis kegiatan harian seperti menulis di buku diary saja. Nah, jadi apa yang
mesti anda ingat agar blog anda tidak seperti buku harian? Anda sebaiknya
mengingatkan diri anda kalau anda menulis di blog bukan hanya ditujukan
untuk diri anda sendiri. Tapi anda juga menulis untuk banyak pengunjung di
seluruh penjuru dunia. Berbagi apa yang anda alami dan apa yang dipelajari
kepada banyak orang. Jangan melulu membicarakan diri anda sendiri.

5. Sentuhlah pembaca anda. Coba buat interaksi dengan para pembaca
anda. Caranya bagaimana? Tidak cuma membalas komen yang pembaca
berikan. Tapi, anda bisa membuat sejenis kontes yang menarik minat pembaca
anda. Misal bagi pemberi komentar diberi hadiah ebook.

6. Buat headline yang memikat. Headline atau judul tulisan jadi salah satu
faktor penentu banyak tidaknya pengunjung yang tertarik dengan blog anda.
Kenapa? Ya karena siapapun yang ingin join di blog pasti membaca judul
tulisan anda dulu. Betapapun menariknya content anda kalau judulnya tidak
menawan hati pengunjng, ya sia-sia saja. Nah, untuk membuat judul tulisan
yang mematikan, anda bisa belajar dari blog lain. Perhatikan saja judul-judul
yang ada di blog-blog terkenal. Pelajari apa yang membuat judul itu bisa
memikat anda. Lalu silakan meniru model judul yang membuat anda terpikat
ini. Apa mereka banyak memakai kalimat tanya, memakai judul how to,
memakai kalimat imperatif atau malah judulnya singkat seperti headline
koran? Anda boleh meniru model yang anda sukai.

7. Fokus pada hal yang penting saja. Jangan merepotkan diri anda dengan
hal-hal yang tidak memberi manfaat banyak untuk traffic blog anda. Misal,
anda terlalu asyik mencari gambar yang sempurna untuk blog anda. Atau
terlalu lama mendesain layout dan mengutak-atik format halamannya.
Tentukan hal apa sih yang paling esensial untuk blog anda? Dan fokus pada hal
yang penting ini saja. Jangan buang waktu anda dengan aktivitas yang
membuat anda terlena. Kalau bagi saya sendiri menulis content dan
berinteraksi dengan pembaca itu dua hal yang lebih penting dari apapun. Jadi
saya minimalkan saja aktivitas yang tidak berkaitan dengan dua hal ini. Jadi
saya bisa menggunakan waktu saya yang lain untuk hal yang lebih produktif.


8. Sebagai tambahan, anda perlu perhatikan pula kiat menulis berikut ini:
• Mengungkapkan secara jelas permasalahan yang akan dibahas. Sebaiknya, tulisan
kita memiliki satu persoalan pokok yang akan dibahas. Agar hasilnya tulisan kita
tidak nglantur kemana-mana.
• Hindari memakai bahasa formal. Bahasa blog cenderung lentur dan bersifat bahasa
tutur. Tulis seperti anda bercakap-cakap dengan teman.

(Spiritual Motivator – N. Faqih Syarif H Penulis Buku Al Quwwah ar ruhiyah. www.cahayaislam.com dan www.fikrulmustanir.blogspot.com ) 

http://akhmadyusuf.blogspot.com/