Jadilah Politisi Sejati Dambaan Umat
Oleh. N.Faqih Syarif H
Dalam Suatu kesempatan di bulan syawal kemarin kami melakukan silaturrahmi di Bakesbang-Linmas Kab. Sidoarjo dan beberapa partai politik.
Sobat, dalam Islam politik itu bermakna Ri’ayah syu’uni an-nas, yakni mengurusi urusan masyarakat. Maka seharusnya politisi atau politikus mestinya adalah orang-orang yang menyibukkan dirinya dalam mengurusi urusan rakyat. Mereka adalah orang-orang yang memiliki cara berpikir untuk mengurusi pemerintahan dan urusan rakyat; memiliki sikap jiwa yang baik, memiliki keahlian dan kemampuan untuk menjalankan perkara kenegaraan, menyelesaikan problematika kerakyatan yang tengah dihadapi dan menuntaskannya penuh kebijaksanaan dan keadilan. Mereka juga adalah orang-orang yang mampu mengatur berbagai interaksi dengan masyarakat dan antar anggota masyarakat. Politisi sejati memfokuskan perhatiannya pada urusan rakyat serta berjuang demi kebaikan dan keberkahan rakyat. Lain halnya dengan politisi semu hanyalah memikirkan kepentingan dirinya, keluarganya atau kelompoknya bahkan ada yang berani menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan istilah guyonan penulis adalah Harmus (Haram-haram dikermus) inilah yang penulis sebut dengan “politikus” ( banyak tikus).
MR. Kurnia menyebutkan bahwa penyebab politisi semu diantaranya adalah kegagalan idelogisasi partai, kegagalan pengkaderan di mana politisi yang sekedar menjadikan politik sebagai tempat mencari makan adalah cermin dan bukti gagalnya pengkaderan, perekrutan pun bukan berasal dari sebuah proses pembinaan melainkan dari popularitas. Artis dan pengusaha menjelma menjadi politisi bahkan para pengamat pun mentransformasi diri menjadi politikus, berpolitik untuk materi, menyedihkan sekali banyak sekali para politisi rebutan jabatan kekuasaan, bagi-bagi proyek, dan menerima uang sogokan, pikirannya hanyalah bagaimana menang dalam pemilu/pilkada. Berbagai sumber daya dan dana dikerahkan ke
Jadilah Politisi Sejati
Kebangkitan itu perlu perubahan dan perubahan itu adalah perubahan dalam berpikir dan meningkatnya taraf berpikir umat. Tingkat pemikiran yang tinggi adalah pemikiran yang bersifat menyeluruh dan mendalam. Dikatakan menyeluruh karena pemikiran tersebut meliputi segala sesuatu yang ada, yaitu alam semesta, manusia, dan kehidupan. Dikatakan mendalam karena pemikiran trsebut didasarkan pada pengkajian atas hakikat segala sesuatu yang ada tersebut, yaitu apakah semua itu bersifat azali atau merupakan makhluk yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta: Allah SWT. Dan Perubahan memerlukan politisi. Namun bukan sembarang politisi melainkan politisi sejati. Adapun ciri yang Pertama , politisi yang memiliki kesadaran politik yang tinggi dan mulia yakni politisi yang memperjuangkan Islam sebagai ideology; yakni memperjuangkan Islam sebagai aqidah dan system kehidupan untuk menyelesaikan masalah keumatan. Allah SWT menegaskan bahwa tugas partai atau gerakan adalah memperjuangkan penerapan syariah Islam secara kaffah.
Sebagaimana firman-nya :
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[*]; merekalah orang-orang yang beruntung. ( TQS. Ali Imran (3) : 104 )
[*] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Kedua, politisi yang memberikan kemaslahatan dan berjuang bagi umat serta menyodorkan berbagai solusi yang berasal dari aqidah dan syariah Islam. Dia senantiasa memperjuangkan kepentingan rakyat dan menentang kedzaliman penguasa. Ketiga, Politisi yang berpolitik tanpa pamrih, semata-mata untuk meraih ridha Allah SWT sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Mereka berjuang dan berpolitik sejak di makkah tanpa pamrih dan dorongannya hanyalah aqidah. Keempat, Memperkuat partai ideologis yang sungguh-sungguh dan konsisten memperjuangkan tegaknya hukum Allah SWT demi kebaikan rakyatnya. Poltisi sejati mendudukkan aktivitas politiknya sebagai perjuangan untuk memperbaiki masyarakat dengan syariah. Kelima, memahami dan memperkuat konsistensi metode perjuangan ( thoriqah) partai. Perjuangan baru akan berhasil kalau menapaki jalan yang ditempuh Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya. Keenam, membangun pola pikir dan pola sikap jiwa islami. Ridha dan bencinya, senang dan susahnya didasarkan pada Islam. Banyak disebutkan dalam hadits bahwa Tidaklah seseorang beriman hingga hawa nafsunya tunduk pada Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW; lebih mencintai Allah SWt dan Rasul-Nya daripada mencintai orang tuanya, keluarganya, hartanya, bahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, politisi sulit tergiur oleh kemasiatan apapun, termasuk suap dan politik uang. Ketujuh, memperkuat edukasi umat tentang syariah dan khilafah. Oleh karenanya politisi sejati akan terus melakukan eduksi tentang syariah dan khilafah di tengah-tengah umat. Dan senantiasa terus-menerus membangun kesadaran politik umat. Kesadaran bahwa ada yang salah dalam mengelola negeri muslim terbesar ini perlu ditumbuhkan dalam jiwa masyarakat seraya dipaparkan solusi-solusinya yang digali dari syariah. Terakhir, politisi sejati memiliki pengetahuan politik dan pengalaman politik. Pengalaman politik ditempuh melalui terjun langsung di tengah masyarakat, bergaul dengan masyarakat dan turut menyelesaikan problematika mereka. Selain itu adalah langsung mengoreksi kebijakan penguasa yang mendzalimi rakyat. Selain itu, pengetahuan minimal, konstelasi global, cara berpikir politik Islam, dan analisisnya perlu dipahami. Hal tersebut diberikan dalam proses pengkaderan. Inilah politisi Islam yang sejati dambaan umat. Insya Allah kalau para politisi muslim seperti di atas keadaannya maka kemenangan hanya tinggal masalah waktu saja dan pertolongan Allah akan segera tiba. Dunia pun akan semakin tahu bahwa masa depan adalah milik umat Islam. Allahu Akbar!!!

1 komentar:
Waduh suf,,,, bener2 mantab....
Bagus2.....
Posting Komentar