Minggu, 12 April 2009

Pemimpin Amanah

Merindukan pemimpin yang amanah dan melayani umat dengan sepenuh hati

Suatu hari seorang perempuan yang sedang memanggul air, dengan napas tersengal-sengal pulang ke rumahnya. Di tengah jalan, seorang pria yang tak dikenalnya menawarkan jasa baik gentong air yang akan dibawanya ke rumahnya. Saat itu anak-anak perempuan itu, yang masih kecil, tengah menunggu kedatangan sang bunda. Selepas gentong itu diletakkan di rumah perempuan itu, orang itu bertanya, ”Tampaknya ibu tidak mempunyai suami, sehingga ibu harus kerja sendiri mengambil air. Bagaimana ceritanya hingga ibu menjadi janda?””Suamiku dulunya seorang prajurit,” jawab ibu itu. ” Lalu Ali bin Abu Thalib mengirimnya ke suatu perbatasan dan dia terbunuh di sana. Kini, yang tinggal hanyalah aku dan beberapa anakku yang masih kecil. Mendengar jawaban demikian, pria itu tidak banyak bicara dan tertunduk malu dan mohon diri. Selepas meninggalkan rumah permpuan itu, hari itu pikirannya terus-menerus dibayangi hal ikhwal perempuan tadi dan anak-anaknya. Malamnya ia tidak bisa tidur. Pagi-pagi sekali ia mengambil sehelai karung dan mengisinya dengan makanan, daging, gandum, dan kurma, kemudian ia pergi ke rumah perempuan tersebut.”Siapa itu?” tanya perempuan itu, selepas mendengar ketukan pintu.”Hamba Allah yang kemarin datang ke sini. Saya membawakan makanan sekadarnya untuk anak-anakmu.” jawab pria itu.”Semoga Allah meridhoimu dan menghukum Ali bin Abu Thalib karena keteledorannya atas kami." Ucap perempuan itu.Selepas pintu dibuka, pria itu masuk seraya berkata, ”Saya ingin mendapatkan pahala sekadarnya. Izinkan saya menumbuk gandum ini dan membuatkan roti untuk kalian.””Baiklah” jawab perempuan itu. ”Tapi, aku lebih terbiasa menumbuk gandum dan membuat roti. Tolong engkau jagakan anak-anakku saja agar aku leluasa memasak.”Perempuan itu pun pergi ke dapur, sedangkan pria itu segera mengambil sedikit daging yang dibawanya, lalu mencincangnya dan mencampurnya dengan kurma, kemudian menyuapi anak-anak yatim itu dengan tangannya sendiri. Setiap kali ia menyuapkan makanan, ia selalu berkata,” Anak-anakku! Relakan dan maafkanlah Ali bin Abu Thalib kalau ia bersalah terhadap kalian.”Selepas gandum siap, perempuan itu memanggil, ”Wahai hamba Allah! Tolong nyalakan api periuk ini.”Pria itu pun pergi ke dapur untuk menyalakan api sementara si ibu melanjutkan menyuapi anak-anaknya. Silapan api yang menyala terasa sangat panas. Lalu pria itu mendekatkan mukanya ke api dan berkata kepada dirinya sendiri, ”Rasakanlah panasnya api ini. Inilah balasan orang yang tidak memperhatikan urusan anak yatim dan para janda!”Kebetulan seorang permpuan tetangga datang ke rumah itu, dan ternyata ia mengenali pria asing tersebut. Ia pun berkata kepada perempuan si empunya rumah, ” Celaka engkau! Apakah engkau tidak mengenal pria yang membantumu itu? Dia Amirul mukminin Ali bin Abu Thalib!”Perempuan itu serta merta mendatangi Ali bin Abu Thalib dan berkata, ” Di mana hendak kuletakkan mukaku ini. Sungguh, Aku minta maaf, wahai amirul mukminin!””Tidak!” jawab Ali bin Abu Thalib. ”Seharusnya sayalah yang meminta maaf kepadamu karena keteledoran dan kesalahanku ini.” Inilah pemimpin yang amanah dan melayani umat dengan sepenuh hati.

Seorang pemimpin harus benar-benar memahami bahwa :
1.Kepemimpinan atau jabatan apapun merupakan amanat
2.Jabatan bukanlah untuk mencapai kepentingan pribadi, atau memperkaya diri dan keluarga
3.Jabatan bukan pula jenis pekerjaan untuk mendatangkan keuntungan bagi pemegangnya
4.Kepemimpinan apapun akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT kelak
Bukankah Rasulullah Saw telah bersabda :“Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu itu lemah. Sesungguhnya jabatan itu merupakan suatu amanah (titipan). Jabatan itu nanti pada hari kiamat merupakan suatu kehinaan dan penyesalan kecuali bagi pejabat yang dapat memanfaatkan haknya dan menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya” (HR. Muslim). “Sesungguhnya kamu sekalian akan ambisi untuk dapat memegang suatu jabatan, tetapi nanti pada hari kiamat jabatan itu merupakan suatu penyesalan” (HR. Bukhari).
Sobat, paling tidak ada dua tugas utama seorang pemimpin dalam pandangan Islam adalah menegakkan syariah dan mendukung dakwah.Allah Swt berfirman :"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.(TQS. Al-Hajj (22): 41)
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(TQS. An-Nisa’ :65)
VISI seorang Pemimpin : menjadi pelayan masyarakat yang dicintai dan mencintai dengan syariat Islam.
"Pemimpin-pemimpinmu yang terbaik adalah mereka yang kamu cintai dan mereka mencintaimu, kamu senantiasa memohonkan rahmat buat mereka dan mereka senantiasa memohonkan rahmat buat kamu. Pemimpin-pemimpinmu yang terjahat adalah mereka yang kamu benci dan mereka membencimu, kamu mengutuk mereka dan mereka mengutukmu (HR. Muslim)
"Dan imam yang memimpin manusia adalah laksana seorang penggembala, dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya (HR.Muslim)
"Tidak akan seorang pemimpin kaum muslimin mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali diharamkan baginya masuk surga. (HR Bukhari-Muslim)

Apa Misi seorang Pemimpin dalam pandangan Islam?
1. Melayani umat dengan sepenuh hati.
2. Melindungi masyarakat dengan sekuat tenaga.
3. Memenuhi kebutuhan pokok individual dan memberi peluang seluas-luasnya bagi seluruh warga untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tertier
4. Merealisasikan tujuan luhur syariah dengan menerapkan syariat Islam

Sobat, apa saja tujuan luhur syariah yang sekaligus merupakan indikator apakah suatu masyarakat masih layak dikatakan memiliki peradaban yang tinggi dan beradab bukan biadab.Diantaranya tujuan luhur dan indikator peradaban yang tinggi dan beradab itu :
1. Memelihara keturunan (al-muhfazhah ‘alâ al-nasl)
2. Memelihara akal (al-muhâfazhah ’alâ al-aqlu)
3. Memelihara kehormatan (al-muhâfazhah ‘alâ al-karâmah) 4. Memelihara jiwa manusia (al-muhâfazhah ’alâ an-nafs)
5. Memelihara harta (al-muhâfazhah ’alâ al-mâl)
6. Memelihara agama (al-muhâfazhah ‘alâ ad-dîn)
7. Memelihara keamanan (al-muhâfazhah ‘alâ al-amnu)
8. Memelihara negara (al-muhâfazhah ‘alâ ad-dawlah)
Sobat, inilah pentingnya memperjuangkan syariah dan mewujudkan serta merindukan pemimpin yang menegakkan syariah, mendukung dakwah serta menjalankan amanah dengan baik dan melayani umat dengan sepenuh hati sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan khulafaurrasyidin serta sahabat-sahabatnya ketika memimpin dan mengemban amanah.(www.mentorplus.multiply.com atau www.fikrulmustanir.blogspot.com , Spiritual motivator- N.Faqih Syarif H

Akhmadyusuf.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar